Senin, 14 Juli 2014

Mengakali Setan [1]

Salah satu faktor yang membuat seseorang tidak mau melakukan kebaikan adalah karena merasa kebaikan itu didorong oleh bisikan setan.

Jika bisikan setan itu dibagi, mungkin begini; ada bisikan setan yang menyuruh untuk melakukan kejelekan, ada bisikan setan yang mencegah untuk melakukan kebaikan, dan ada bisikan setan yang menyuruh atau mendorong untuk melakukan kebaikan tapi tujuannya jelek. Yang terakhir inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Yang sering terjadi dari faktor tersebut adalah sifat tawadhu’. Orang yang memiliki sifat ini sering kali menolak untuk melakukan suatu kebaikan. Alasannya karena merasa tidak pantas, atau takut apa yang dilakukannya didorong oleh bisikan setan.

Selain itu, ada beberapa sifat lainnya, yaitu sifat wara’. Sifat ini membuat seseorang sangat berhati-hati dalam setiap melakukan sesuatu, meski sesuatu itu jelas kebaikannya. Sering kali apa yang direncanakan oleh orang yang bersifat seperti ini gagal, karena terlalu banyak pertimbangan untuk memilah-milih dalam menentukan suatu kebaikan.

Juga, sifat riya’ ikut serta membuat seseorang tidak mau atau menggagalkan suatu kebaikan. Sifat ini sering kali dijadikan alasan untuk tidak melakukan kebaikan. Dalam dugaan orang yang memiliki sifat semacam ini, khawatir apa yang dilakukannya tidak bernilai ibadah.

Sifat-sifat di atas berperan di saat kebaikan berpacu dengan bisikan setan. Ketika bisikan setan terdengar lantang di hati seseorang yang bersifat tersebut, pasti dia tidak akan melakukan sesuatu meski itu jelas berupa kebaikan. Semisal, ketika hendak melakukan shalat sunnah, lalu dalam hatinya terselip rasa ingin dipuji oleh orang-orang, pasti orang tersebut enggan melakukan shalat sunnah.

Orang-orang yang memiliki sifat-sifat di atas akan melakukan suatu kebaikan bila mana dalam hatinya bersih dari bisikan setan. Ujian bagi seorang hamba yang taat diantaranya adalah riya’; memamerkan amal kebaikannya, ‘ujub; merasa heran pada kebaikan (kesuksesan) dirinya, dan takabbur; merasa lebih tinggi atau mulia dari orang lain.

Bagi orang yang sudah sampai pada maqam tersebut, wajar saja melakukan setiap kebaikan lepas dari bisikan setan. Masalahnya, jika ada orang yang belum sampai pada maqam tersebut lalu memposisikan dirinya di situ.

Sangat sulit memang, ketika ingin lepas dari bisikan setan. Karena bisikan setan itu selalu saja terdengar dalam hati. Hali ini diisyaratkan dari ayat,

}يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا } [الأحزاب:41[

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”.

Ayat di atas menyuruh kita untuk memperbanyak dzikir kepada Allah. Bahkan ada ulama’ yang menyuruh untuk berdzikir kepada Allah seiring hembusan nafas kita. Tujuannya tidak lain adalah agar tidak dikalahkan oleh bisikan setan yang setiap saat terdengar dalam hati. Tentu, untuk berlindung dari kebejatan setan hanya bisa meminta kepada Allah, sebagaimana yang terkandung dalam ungkapan ta’awwudz,

اَعُوْ ذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

“Aku memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk”

Sumber: disini
Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top