Minggu, 10 Maret 2013

PUASA RAMADLAN DAN HIKMAHNYA



يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ لا# أَيَّامًا مَعْدُوْدَاتٍ ط فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ط وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ ط فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ط وَأَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنََ # شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِى أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْأنُ هُدًى لِلْنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ ج فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الْشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ط وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ط يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ز وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ #

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
( yaitu ) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan ( lalu dia berbuka ), maka ( wajiblah berpuasa ) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya ( jika mereka tidak berpuasa ) membayar fidyah, ( yaitu ) : memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
( beberapa hari yang ditentukan itu ialah ) bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang haq dan yang bathil ). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadlir di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan ( lalu dia berbuka ), maka ( wajiblah baginya berpuasa ), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
( QS : al-Baqarah 183 – 185 ).
Bulan Ramadlan adalah sebuah bulan yang dipenuhi dengan keberkahan, Alloh membuka pintu surga, menutup pintu neraka dan membelenggu syetan-syetan, serta Alloh menurunkan kodrat-Nya pada suatu malam yang nilainya lebih baik dari pada seribu bulan ( HR. Ahmad, an-Nasa’i dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah RA. ) pada bulan ini pula Al-Qur’an telah diturunkan kepada Rasululloh SAW, karena keistimewaan bulan ini, maka Alloh mewajibkan kepada orang-orang yang mempunyai kepercayaan, keyakinan dan ketauhidan terhadap wujud-Nya untuk melaksanakan puasa Ramadlan selama satu bulan penuh, dengan harapan dalam satu bulan itu kwalitas ketaqwaan akan kembali bercahaya dan hidup dalam diri hamba-hamba-Nya.
Begitu pentingnya puasa pada bulan Ramadlan ini sehingga Alloh SWT mengancam kepada siapa saja yang mengaku beriman dan berislam kepada-Nya namun tidak berpuasa di bulan itu, Alloh mencap mereka sebagai orang-orang kafir dan halal darahnya ( HR. Abu Ya’la dan Dailami dari Ibnu Abbas RA. ) sebagaimana keterangan dalam ayat-ayat terdahulu ( QS : al-Baqarah 183 – 185 ). Alloh mengisyaratkan bahwa puasa pada bulan Ramadlan itu mempunyai 2 ( dua ) hikmah dan tujuan yang besar.
Pertama : Meningkatkan kwalitas ketaqwaan kepada Alloh SWT ( لعلكم تتقون ) yaitu mengembangkan kesehatan dan kesucian keyakinan diri terhadap ke-Maha Esa-an-Nya. Dengan berpuasa satu bulan berturut-turut serta dengan penuh keimanan dan persiapan mental dan sepritual yang matang, maka hal itu akan dapat melepaskan diri hamba dari kemungkaran-kemungkaran, sehingga jiwapun menjadi suci dan sehat. Dan akan terjalinlah dua keberadaan secara mesra, rahasia dan transendental antara hakikat diri dan Alloh SWT.
Kedua : Meningkatkan kwalitas bersyukur kepada Alloh SWT, dengan memberdayakan seluruh potensi ruhaniyyah dan jasmaniyyah ( spiritual & material ) agar supaya kita semua mampu bersyukur ( لعلكم تشكرون ) yakni pembuktian rasa syukur dan terima kasih yang tidak terhingga atas segala karunia yang telah dilimpahkan, berupa keni’matan rohmaniyyah, implementasi rasa syukur yang bersifat rohmaniyyah adalah seperti memberikan zakat memperbanyak shodaqoh kepada mereka yang berhak menerimanya. Sedangkan rasa syukur bersifat rohimiyyah adalah dengan memperbanyak ibadah vertikal. Seperti : shalat tharawih, witir, tahajjud, membaca Al-Qur’an, shalat di malam lailatul qadar dan lain- lain.
Berbicara Lailatul Qadar, tentu penjelasannya tidak bisa lepas dari firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an :
إِنَّآ أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِصلى # وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِط # لَيْلَةُ الْقَدْرِلا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍط # تَنَزَّلُ الْمَلآئِكَةُ وَالْرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْج مِنْ كُلِّ أَمْرٍلا+ # سَلاَمٌق+ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ #
Artinya :

(1)   Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al-Qur’an ) pada malam kemuliaan.
(2)   Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu  ?
(3)   Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan
(4)   Pada malam itu, turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
(5)   Malam itu ( penuh ) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Kenapa disebut lailatul qadar ?, karena di malam itu ditentukanlah semua taqdir yang akan terjadi satu tahun ke depan.

LAILATUL QADR

Diceritakan dalam kitab al-Ushfuriyyah tentang keajaiban lailatul qadar ; matahari telah bergeser kearah barat, ketika terdengar gemuruh derap kaki kuda puluhan prajurit Romawi yang memasuki sebuah desa yang sebagian besar penduduknya keturunan Bani Israil. Tiba-tiba di depan sebuah rumah kecil di tepian desa yang sunyi senyap, para prajurit itu berhenti dengan mendadak, dan dengan kasarnya mereka mendobrak pintu rumah kecil yang sudah mulai usang, kemudian menyeruak masuk  ke dalamnya, di dalam rumah kecil tersebut didapati seorang laki-laki yang mendekap istri dan anak-anaknya karena diliputi rasa takut yang tiada tara. Mana upeti kalian ?, bentak pemimpin prajurit Romawi tersebut dengan penuh kesombongan, maaf Tuan !, kami gagal panen, jawab laki-laki tersebut dengan tersengal-sengal karena penuh ketakutan. Tanaman gandum kami banyak yang mati, karena musim kemarau, lanjut jawaban lelaki pemilik rumah kecil tersebut dengan suara parau karena gelisah dan khawatir akan diseret dengan kuda. disebabkan keturunan Bani Isro’il yang tidak membayar upeti kepada Kerajaan Romawi. Akan mendapatkan siksaan seperti itu atau bahkan rumah mereka akan dibakar habis.
Dan terbukti, tak lama kemudian laki-laki pemilik rumah reot tersebut terpelanting ke luar rumah, beberapa tentara Kerajaan Romawi yang lain segera mengikatnya dengan sebuah tali yang sudah diikatkan pada seekor kuda. Namun, saat rombongan prajurit mulai beranjak meninggalkan rumah di perbatasan desa tersebut, tiba-tiba pasukan terdepan berhenti dengan mendadak, apa gerangan ?, ternyata di depan barisan tentara kerajaan Romawi tersebut ada seorang pemuda yang menghadang laju mereka, pemuda yang gagah berani tersebut memegang tulang onta sebagai satu-satunya senjata, dan tampaknya pemuda tersebut marah besar terhadap mereka. Melihat ada seorang pemuda yang berani menghadangnya, maka sebagian mereka pucat pasi karena mengetahui siapa pemuda tersebut, namun perkelahian yang tidak seimbang pun segera terjadi, seorang pemuda dikeroyok puluhan prajurit Romawi. Namun ajaib !. apa yang terjadi ?, tak satu pun pedang, tombak dan anak panah mereka mampu melukai kulit pemuda tersebut. Bahkan menyentuh saja tidak. Dan sang pemuda tadi dengan gesit mengayunkan senjatanya yang berupa tulang onta tersebut ke segala arah, dan satu persatu prajurit Romawi terjungkal dan tersungkur karena terkena sabetan tulang onta tersebut, dan tersisalah separo dari seluruh prajurit yang ada, komandan prajurit akhirnya memerintahkan mereka untuk mundur, karena tidak yakin mereka akan menang melawan serangan seorang pemuda tersebut.
Melihat pasukan kerajaan yang selalu berbuat dlalim itu kocar-kacir dan saling berebut untuk mundur, segenap penduduk desa yang sedari tadi bersembunyi di dalam rumah mereka, segera keluar dan bersorak sorai sebagai ungkapan kegembiraan dan seraya berteriak ; Hidup Syam’un !. Hidup Syam’un !. Hidup Syam’un !. Syam’un pahlawan kita !.
Pemuda gagah berani yang baru saja membuat prajurit Romawi lari terbirit-birit tersebut memang bernama Syam’un Al-Ghozy, atau dalam kisah-kisah al-Kitab dikenal dengan sebutan Syamson sang pembela bani Isro’il dari kedlaliman penguasa Romawi.
Karomahnya yang luar biasa itu membuat musuh-musuh yang kafir tak berdaya, sampai mereka menyusun strategis dan membuat siasat yang penuh tipu muslihat bagaimana caranya bisa mengalahkan Syam’un.
Akhirnya Kerajaan mengutus beberapa orang untuk menemui istri Syam’un, dan utusan tersebut berkata kepadanya “ jika kamu bisa memperdayai Syam’un, alias suamimu, dan mengikatnya, maka kami akan memberi hadiah kepadamu berupa kepingan uang yang tak pernah kamu bayangkan sepanjang hidupmu, saking banyaknya “, dan kenyataan istri Syam’un memang tergiur dengan materi dan selalu haus akan harta kekayaan, lalu dia pun tega menjadi musuh dalam selimut bagi suaminya, tetapi sang istri pun menyadari bahwa tidak mudah memperdayai suaminya  sehingga beberapa kali dia coba memperdayai suaminya, dengan berbagai cara. Awalnya saat suaminya terlelap tidur, dia ikat suaminya dengan seutas tali, tetapi ternyata saat tiba pagi hari dan bangun dari tidurnya, dengan mudah dia melepas tali-tali tersebut, dan cara itu beberapa kali dia praktekkan, namun selalu gagal memperdayai suaminya sendiri, sehingga Sang Pahlawan bertanya “ apa yang kamu inginkan dengan mengikatku setiap aku tidur ?”, aku menguji kesaktianmu, jawab sang istri.
Dan pada akhirnya, tanpa merasa curiga dan berprasangka buruk kepada istri tercintanya, Syam’un certia kepada istrinya : “ bahwa aku ini salah satu kekasih Alloh, yang dianugerahi kekuatan dan kesaktian, dan tidak ada satupun makhluq yang mampu mengalahkanku, tetapi bagaimanapun tingginya kesaktian yang aku miliki, aku tetap sebagai seorang anak manusia yang tentu punya keterbatasan dan kelemahan, dan kelemahanku ada pada diriku sendiri, yaitu rambutku “. Mendengar cerita sang suami yang penuh kejujuran tersebut, maka giranglah istri penghianat itu dalam hatinya, dan kesempatan tidak tidunda-tunda, malam itu pula ketika Syam’un terlelap tidur, istri yang telah mabuk harta dan kekayaan serta tidak tahu diri tersebut memotong rambut suaminya yang panjang, lalu di kepang menjadi dua utas tali yang kemudian dipergunakan untuk mengikat kedua tangan dan kaki Syam’un.
Pagi hari saat Syam’un terjaga dari tidurnya, dia kaget bukan kepalang, melihat kedua tangan dan kakinya diikat dengan rambutnya yang panjang, dan sesuai dengan yang pernah ia ceritakan kepada istrinya, meski telah berupaya dan berusaha melepaskan diri dari ikatan tersebut, sia-sia lah upaya Syam’un tersebut, dan jadilah sekujur tubuhnya lemah, lunglai dan akhirnya tak berdaya.
Merasa usaha memperdayai sang suami nampak berhasil, istri Syam’un segera menghubungi dan menemui utusan kerajaan, yang telah menjanjikan hadiah yang menggiurkan, tak lama kemudian datanglah pasukan kerajaan di rumah Syam’un, dan segera menyeret tubuh Syam’un serta membawanya ke istana Raja, dan pesta kemenangan pun diselenggarakan yang bertempat di Pendapa Kerajaan, apa bentuk pesta kemenangan tersebut ?, begitu biadab !. bentuk pesta yang mereka selenggarakan adalah penyiksaan kepada tubuh Syam’un, tubuh Syam’un disayat-sayat, dilukai, bahkan organ tubuhnya dipotong-potong, mulai kedua tangan, kedua kaki, telinga, lidah, mata bahkan alat kelaminnya pun tidak luput dari sayatan tangan-tangan yang tanpa perasaan.
Dalam keadaan sakit yang tidak bisa dibayangkan tersebut, lidah dan hati Syam’un tetap selalu ingat dan menyebut serta mengucapkan Alloh, Alloh, Alloh. Akhirnya Tuhan Yang Maha Melihat pun ikut campur dengan urusan hamba-Nya dan sekaligus sebagai kekasih-Nya, dan berkata “ Wahai Syam’un kekasih-Ku !, mintalah sesuatu kepada-Ku !, apapun yang kau minta dan kau kehendaki pasti Aku akan menolongmu.
Ya Alloh !, rintih Syam’un pelan, “ berilah hambamu ini kekuatan yang mampu menggoncangkan istana ini, sehingga istana ini hanjur dan mereka binasa karenanya, dan Alloh mengabulkan do’a Syam’un, serta mengembalikan tubuhnya yang sudah terpotong-potong kembali pulih seperti sedia-kala, dan dia diberi anugerah kekuatan yang luar biasa, sehingga mampu merobohkan tiang utama yang berada di ruangan pendapa tempat pesta kemenangan tersebut, akhirnya seluruh peserta pesta, Sang Raja, para Pembesar kerajaan, para punggawa dan termasuk istri Syam’un mati dengan mengenaskan karena tertimbun reruntuhan bangunan istana yang digoncang oleh Sang kekasih Alloh. Sementara itu Syam’un diselamatkan oleh Alloh, dan tubuhnya pulih seperti sebelum diperdayai oleh istrinya yang menyebabkan disiksa oleh segenap pasukan kerajaan.
Semenjak kejadian itu, Syam’un menghabiskan sisa umurya hanya untuk mengabdikan diri kepada Alloh semata, ia senentiasa berpuasa di siang hari, dan menghabiskan waktu malam hari hanya dengan beribadah kepada Alloh.
Demikian,  menurut Ibnu Abbas : Malaikat Jibril AS, pada suatu ketika bercerita kepada Rasululloh SAW, yang kagum mendengarkannya, Nabi Muhammad SAW kemudian menceritakan kepada para Shahabat-shahabatnya yang juga terkagum-kagum mendengar cerita tersebut, didorong oleh sebuah harapan dari Beliau, agar umatnya bisa memiliki sifat-sifat yang seperti Syam’un tersebut, beliau akhirnya menadahkan kedua tangan beliau kearah atas seraya memohon kepada Alloh SWT.
Sebagai jawaban atas munajat Rasululloh SAW, Malaikat Jibril diperintahkan oleh Alloh untuk menyampaikan wahyu yang tersimpul dalam surat al-Qadr ( إنا أنزلناه .... ), surat al-Qadr tersebut menerangkan bahwa Alloh SWT mengaruniakan kepada umat Muhammad satu malam yang istimewa, yang penuh berkah, yang dinamakan LAILATUL QADR, ibadah yang dikerjakan pada malam qadr itu nilai pahalanya lebih utama dari pada pahala beribadah seribu bulan atau 84 tahun.
Malam tersebut dinamai LAILATUL QADR, karena keagungan dan keutamaannya di sisi Alloh, juga karena di malam itu ditentukan semua taqdir yang akan terjadi pada tahun itu ( satu tahun ke depan ) yang berkaitan dengan ajal, rizqi dan lain-lain. Diceritakan atas perintah Alloh SWT, pada saat lailatul qadr para malaikat turun ke bumi seraya menaburkan rahmat dan ni’mat untuk orang-orang yang melaksanakan ibadah pada malam tersebut.
Adapun turunnya lailatul qadr itu ada yang mengatakan pada malam-malam ganjil di sepuluh hari-hari terakhir pada bulan Ramadlan, dan pendapat ini berasal dari hadits yang diriwayatkan oleh ‘A’isyah RA dari Rasululloh SAW ( HR. Bukhori, Muslim dan Baihaqi ).
Menurut riwayat yang kuat, lailatul qadr itu jatuh pada sepertiga yang akhir dari bulan Ramadlan. dan Siti ‘A’isyah RA. mengatakan bahwa Rasululloh SAW bila memasuki sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadlan beliau menghidupkan malam harinya dengan ibadah dan membangunkan keluarganya ( Muttafaq alaih ).
Seorang ulama besar, Imam asy-Sya’roni memberikan kisi-kisi keterangan tentang lailatul qadr ini persis seperti yang disampaikan oleh hujjatul Islam Imam al-Ghozali dalam Ihya’nya, yaitu lailatul qadr dapat diintip dari awal bulan Ramadlan, jika awal Ramadlan jatuh pada hari Jum’at atau Selasa, lailatul qadr jatuh pada tanggal 27 Ramadlan. Jika awal Ramadlan pada hari Ahad atau Rabo, berarti lailatul qadr tanggal 29. Kalau awal Ramadalan hari Kamis, maka lailatul qadr tanggal 25. Dan jika awal Ramadlan hari Sabtu, berarti lailatul qadr jatuh pada tanggal 21 Ramadlan.
Adapun tanda-tanda turunnya lailatul qadr, seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi bahwa ; Nabi bersabda “ pada saat terjadinya lailatul qadr, malam harinya terasa terang nan tenang, cuaca nan sejuk, tiada terasa panas dan dingin dan pada pagi harinya matahari terbit dengan terang benderang dan tak tertutup awan “.
Suatu saat Siti ‘A’isyah berkata ; “ aku bertanya, Ya Rasulalloh !, jika aku bertemu dengan lailatul qadr, apa yang harus aku lakukan ? ”, Nabi SAW menjawab, katakan !.

اللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا
Artinya : Ya Alloh !. Sungguh Engkau Maha Mengampuni dan Maha Mulya !, Engkau suka mengampuni, maka Ampunilah kami !.



        
   

     








Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top