BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Akhlak
menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia, baik dalam posisinya
sebagai individu, anggota masyarakat maupun sebagai bangsa. Penguatan
akhlak dinilai strategis untuk mengatasi problem moral ditengah
kompleksitas kehidupan bermasyarakat. Selain itu akhlak dapat menjadi
barometer keshalehan seseorang di hadapan Ilahi dan sesama, karenanya seseorang yang berakhlak akan mendapatkan sebutan dari masyarakat sebagai orang shaleh.
Pembinaan
akhlak dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
diperkuat oleh berbagai regulasi kependidikan berupa undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan aturan lainnya. Dalam
konteks ini, setiap institusi pendidikan harus mampu melakukan pembinaan
terhadap akhlak peserta didiknya. Pembinaan akhlak melalui institusi
pendidikan memiliki esensi bagi terwujudnya kepribadian peserta didik
sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pembinaan akhlak
yang dimaksud, yakni pembentukan karakter dan perilaku terpuji peserta
didik yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber
dari syara’.
Islam
memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin untuk membinanya, dan
mengembangkannya di hati mereka. Islam menegaskan bahwa bukti keislaman
ialah akhlak yang baik. Selain itu puncak derajat kemanusiaan seseorang
dinilai dari kualitas akhlaknya. Maka tak heran jika kualitas
keimananpun di ukur dari akhlak. Seluas apapun kadar keilmuan seseorang
tentang Islam, sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah, atau
sekencang apapun pengaduannya tentang kuatnya keimanan yang dimiliki,
semua itu tidak bisa memberi jaminan. Tetap saja, alat ukur yang paling
akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya
(Gymnastiar, 2002: 5).
Secara
umum kedudukan akhlak adalah universal. Nilai-nilai standar tentang
akhlak sudah di hujamkan oleh Allah Swt. Kedalam jiwa manusia sejak
mereka lahir. Sebagaimana Firman Allah Swt:
Artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya (QS. al-Syams: 8).
Akhlak
dalam Islam tidak semata didasarkan pertimbangan-pertimbangan
kemanusiaan. Lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang mesti didasarkan
atas semangat penghambaan kepada Allah Ta'ala. Seorang muslim menjadikan
akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Dia mengerjakan
itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian
atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan
akan mencukupi untuk menjadi bekal ke negeri akhirat nanti (Gymnastiar,
2002: 6). Namun demikian untuk memiliki akhlak yang mulia perlu adanya
bimbingan secara khusus.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah diarahkan pada pembahasan hal-hal yang
berhubungan dengan Akhlak, dan juga adat dan kebiasaan masyarakat yang
berhubungan dengan Akhlak, yang notabene harus dimiliki oleh setiap
individu. Dengan menyajikan dalil yang mendukung serta pengertian
tekstual, konstektual, serta pendapat para ulama, sehingga dalil
tersebut lebih kuat dan cukup keterangan dan penjabaran, yang harapannya
nanti dapat dipakai sebagai I'tibar kita semua.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari makalah ini adalah memberikan suatu pengertian yang berhubungan
dengan masalah akhlak dan cabang-cabangnya, terutama masalah yang
berhubungan dengan adat istiadat/lingkungan dalam masyarakat yang mana
untuk bermasyarakat haruslah dengan menggunakan akhlak dalam segala
pergaulannya. Untuk itu kami mengemukakannya dengan memberikan dalil dan
pengertian yang mudah di faham dengan mengambil rujukan/referensi dari
kitab, buku-buku, dan keterangan lain, yang menerangkan
tentang akhlak, Semoga makalah ini mengena pada sasaran dan dapat
menjadi suatau hal yang bermanfaat, amin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI AKHLAK
Ada
dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi
(peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun
yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian denga perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat
hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan
antara makhluk dengan makhluk.
Secara
terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan
pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan
kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti
adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang
disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari
hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku
manusia.
Sedangkan
secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang
akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut
Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan
sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang
tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia
bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi
budaya sehari-hari
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.
Ketiga,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau
buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Kelima,
sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata
karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
suatu pujian.
Disini
kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu
sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis,
sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Jika
sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan
terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak
yang baik. Sedangkan jika yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan
buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.
Al-khuluq
adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dan sebagaimana halnya
keindahan bentuk lahir manusia secara mutlak tak dapat terwujud hanya
dengan keindahan dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan pipi.
Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah sehingga terwujudlah keindahan
lahir manusia itu.
Secara istilah, beberapa definisi dari akhlak adalah sebagai berikut :
Menurut Imam Abu Hamid Al-Gazali, akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pikiran dan
pertimbangan
Menurut Ibn Maskawaih, akhlak adalah keadaan seseorang yang mendorongnya melakukan suatu perbuatan tanpa didahului oleh pertimbangan
Menurut Abdul Karim Zaidan,
akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,
yang dengan sorot dan timbangannya seorang dapat menilai perbuatannya
baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya .
B. TUJUAN AKHLAK
Tujuan
mendasar Rasulullah sejak kenabian secara tegas dijelaskan dan
al-Qur’an senantiasa mengabadikan Akhlak Rasulullah dalam ayat:
Artinya: Sesungguhnya kamu memiliki Akhlak mulia ”
Hal
ini menunjukkan peran penting Akhlak dalam islam. Ukuran Akhlak dalam
Islam adalah: Keimanan, Ketakwaan yang dibangun dari empat pondasi,
yakni :
1.Niat yang baik
2.Hati yang bersih terhadap segala hal
3.Baik dalam perkataan dengan semua masyarakat baik kawan maupun
lawan
4.Perilaku yang baik terhadap seluruh makhluq
Al-Imam al-Gholayain berkata, Jadilah
kalian orang yang mau membantu orang lain, pasti orang lain pun akan
membantu padamu. Gemarlah berbuat baik pada orang lain, sudah tentu
orang lain juga gemar berbuat baik kepadamu. Tolong menolong adalah
salah satu persoalan yang harus dilakukan oleh setiap orang secara
timbal balik. sedikit sekali rasanya, orang yang tidak menginginkan kamu mendapatkan kebagiaan, dan sedikit pula orang yang tidak mau
memberikan bantuan kepadamu, jika mereka telah mengetahui, bahwa kamu
merasa senang apabila melihat orang lain bahagia dan kalian cepat-cepat
memberikan pertolongan kepada orang lain, kecuali orang yang bejat
akhlaknya dan rendah pendidikannya. orang-orang seperti ini, termasuk
orang yang tidak tahu cara membalas budi kepada orang lain, yang telah
berbuat baik untuknya. karenanya, masyarakat tidak akan sudi membantu
atau menolong orang-orang seperti itu dan tidak akan memandang sebagai
orang yang patut dihormati.
Sering kali golongan orang-orang yang tidak tahu cara balas jasa dan budi baik orang lain, itu datang karena terdorong
oleh kebejatan akhlaknya, hingga tega membalas kebaikan dengan
kejahatan, menukarkan sesuatu yang hina miliknya dengan sesuatu yang
baik milik orang lain. Barang siapa yang melakukan perangai yang buruk
seperti itu, maka dia termasuk orang yang harus selalu diwaspadai,
termasuk dalam peringatan:
" Berhati-hatilah terhadap kejahatan orang-orang yang telah menerima kebaikan".
Tatakrama/akhlak bertumpu pada dua pondasi antara lain :
1. Tatakrama
individu yang berkaitan dengan hak individu seperti tatakrama makan,
minum, berpakaian, tidur, bepergian, ketika sehat maupun sakit dan
lainnya yang memiliki aturan khusus dan sangat personal. Seluruh aturan
tersebut bertujuan untuk membawa manusia pada kebahagiaan dan menjauhkan
dari kesulitan serta berbagai penyakit masyarakat.
2. Tatakrama
sosial yang berkaitan dengan hak social manusia seperti tatakrama
berhubungan dengan ibu dan Bapak, istri dan anak, kerabat, guru dan
murid, teman dan tetangga serta seluruh lapisan masyarakat.
Penerapan
tatakrama ini menjadi jaminan keamanan, melindungi ketenteraman,
kebahagiaan dan keselamatan semua manusia. Pada kenyataannya, agama
merupakan seluruh aturan yang berdasarkan akhlak / tatakrama terbaik.
Ajaran islam seluruhnya bersandar pada pondasi keutamaan akhlak.
Adapun
yang menjadi sasaran bidik akhlak adalah prilaku manusia, yang ini
berarti terkait dengan persoalan lahiriah, namun begitu karena prilaku
ini terkait dengan persoalan batiniah. Maka akhlak pun mengarahkan
perhatiannya pada persoalan batin.
C. DASAR-DASAR AKHLAK
Ada
tiga materi pengetahuan dalam ajaran Islam, ketiga materi yang sangat
asasi tersebut biasa disebut dengan rukun agama, yaitu :
· Islam/Syariah
· Iman/Akidah
· Ihsan/Akhlak dan Tasawuf
Pengetahuan
tentang Islam biasa disebut Syariah/Ibadah, kemudian tentang
keimanan/akidah yaitu pengetahuan yang membicarakan tentang keyakinan,
kepercayaan atau keimanan seseorang kepada Allah SWT, dan yang terakhir
adalah membicarakan tentang bagaimana seseorang bersikap secara jiwa
maupun fisik di hadapan kebesaran Allah SWT. Secara umum materi ini
masuk kategori akhlak atau ihsan.
Maksud
dari dasar-dasar akhlak disini sesuatu yang menjadi penentu standar
ukuran baik atau buruk atas prilaku seseorang, dan sesuatu itu adalah
al-Qur`an, hadits, dan prilaku-prilaku yang telah dicontohkan dari
hamba-hamba Allah yang shalihin.
Maka
bahwasannya orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi tentu
sepatutnya harus dilandasi oleh akhlak yang mulia, yang mana hal ini
seperti keterangan dalam al-Qur’an yang menerangkan para Nabi yang
mempunyai ilmu tinggi. Sabda Allah SWT dalam al-Qur`an surat Shaad :
Artinya
: dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang
mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya
Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)
akhlak yang Tinggi Yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri
akhirat”. (Shaad : 45-46)
D. MANUSIA ADALAH MAKHLUK YANG PERLU HIDUP BERMASYARAKAT
Hendaklah
diketahui, bahwa manusia adalah makhluk yang memerlukan hidup
bermasyarakat dengan sesamanya. Karena seseorang itu tidak mungkin
dengan sendirinya, tanpa bantuan orang lain dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dan hal-hal yang diperlukan untuk kelangsungan
hidupnya, kesenang-senangannya dan kebutuhan yang diperlukan oleh
mentalnya.
Cobalah
merenung sejenak tentang roti dan pakaian, engkau pasti mengerti, bahwa
keduanya itu tidak dengan begitu saja sampai kepadamu, tetapi keduanya
telah melalui proses panjang yang harus dikerjakan oleh banyak orang.
Sesungguhnya roti tidaklah sampai kepadamu, kecuali setelah melalui
proses penanaman biji gandum, yang tentu saja dikerjakan oleh para
petani, lalu dipanen, kemudian diselep menjadi tepung. Setelah itu baru
diproses menjadi roti. Begitu halnya dengan baju yang terbuat dari
katun, tidaklah baju itu langsung ada dan dapat dipakai, kecuali harus
menanam biji-biji kapas terlebih dahulu, mengumpulkannya, memintalnya,
lalu menenunnya, sehingga menjadi lembaran kain. Setelah itu dipotong
dan dijahit menjadi baju. Jika roti dan baju yang sederhana itu demikian
panjang proses pembuatannya, maka bagaimana halnya dengan barang-barang
kebutuhan hidup lainnya. Dengan demikian, maka engkau harus bergaul dan
bermasyarakat dengan sesama umat manusia yang berlainan dan berbeda
adat kebiasaan, kesopanan, dan pangkatnya.
Dengan
Akhlaklah manusia sebagai makhluk Allah SWT bisa dibedakan dengan
makhluk Allah SWT yang lain, oleh karenanya Baginda Nabi Muhammad SAW
dalam suatu sabdanya mengatakan bahwa beliau diutus menjadi Rasul adalah
untuk menyempurnakan Akhlak :
Artinya: Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran Akhlak (budi pekerti)". (H.R. Ahmad).
Karena manusia adalah makhluk biososial yang tidak bisa terlepas dari manusia lainnya, yang dengan
sendirinya ia akan melebur dalam satu kehidupan bersama. Maka apapun
yang dibuatnya akan mempengaruhi terhadap perkembangan tiap individu
didalamnya. Karena manusia saling membutuhkan sesamanya, Islam
mengajarkan bahwa perasaan dalam diri harus dijadikan sebagai standar
untuk mengukur perasaan orang lain. Untuk mencubit orang lain umpamanya,
cubit dahulu diri sendiri, bila terasa sakit, maka orang lainpun akan
merasakan sakit juga. Seorang pujangga Arab pernah mengatakan :
Dengan
demikian ketika seseorang telah mengetahuai apa yang dirasakan orang
lain, maka secara otomatis perasaan tersebut akan mempengaruhi tingkah
lakunya pada selainnya. Dan hal ini mejadikan tingkah laku/akhlak
seseorang terbagi menjadi dua, yakni Akhlak yang baik (terpuji) dan Akhlak yang tidak baik (tercela).
E. PEMBAGIAN AKHLAK
1. Akhlak Terpuji
Akhlak
yang terpuji tentulah akan membuat keadaan disekitarnya menjadi tentram
yang mana menjadi asas menuju kebahagiaan. Islam mengajarkan bahwa
manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak mendatangkan
kebaikan kepada orang lain. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Qadla'ie dari jabir, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : Sebaik-baik manusia ialah orang yang banyak manfaatnya (kebaikannya) kepada manusia lainnya.
Kesadaran
untuk berbuat baik sebanyak mungkin kepada oang lain ini melahirkan
sikap dasar untuk mewujudkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan
dalam hubungannya antar manusia, baik pribadi maupun masyarakat
lingkungannya. Pada hakikatnya orang yang berbuat baik atau jahat
terhadap orang lain adalah untuk dirinya sendiri. Mengapa orang lain
senang berbuat baik kepada kita, karena kita telah berbuat baik
kepadanya, Allah SWT berfirman:
Artinya: jika
kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri".(QS.
al-Isrâ' : 7).
Dengan mengetahui sesuatu yang bernilai baik, maka kita akan mudah mengetahui yang buruk. Akhlak yang baik atau terpuji itu ada beberapa macam bentuknya, antara lain:
® al-Rahmân, yaitu belas kasihan dan lemah lembut
® al-‘Afwu, yaitu pemaaf dan mau bermusyawarah.
® al-Amânah, yaitu terpercaya dan mampu menepati janji.
® Anisatun, yaitu manis muka dan tidak sombong.
® Khusyu' dan Tadharru’, yaitu tekun , tidak lalai, dan merendahkan diri di hadapan Allah Swt.
® al-Hayâ', yaitu sifat malu.
® al-Ikhwân dan al-Ishlâh, yaitu persaudaraan atau perdamaian.
® al-Shâlihat, yaitu berbuat baik atau beramal shaleh.
® al-Shabru,yaitu sabar. Khususnya sabar dalam tiga hal. Yang pertama sabar dalam beribadah dan beramal. Kedua sabar untuk tidak melakukan maksiat. Ketiga sabar ketika tertimpa musibah dan malapetaka.
® al-Ta’âwun, yaitu tolong menolong.
Demikian
sebagian akhlak terpuji yang tercantum dalam Al-Qur’an. Sebenarnya
masih banyak lagi sifat baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
hadits.
2. Akhlak Tercela
Akhlak
tercela/buruk secara khusus menjadi musuh islam yang utama, dan
tentunya juga bagi semua orang. Karena itu dalam Islam sendiri telah
dinyatakan oleh baginda Rasulullah SAW bahwasannya beliau diutus hanya
untuk menyempurnakan akhlak.
Karena
misi Islam pertama-tama adalah untuk membimbing manusia berakhlak
mulia, maka setiap pelanggaran akhlak akan mendapat sanksi atau siksa
dari Tuhan. Dengan kata lain, setiap perbuatan buruk akan berakibat
kesengsaraan bagi si pembuat sendiri dan bagi masyarakatnya. Banyak
ceritera yang diterangkan Allah SWT dalam kitab suci al-Qur'ân tentang
binasanya/celakanya orang dahulu, yaitu akibat dari kemaksiatan atau
keburukan akhlak mereka. Ceritera seperti ini tentu dimaksudkan untuk
dijadikan 'ibrah yang perlu diperhatikan oleh orang-orang yang dating kemudian.
Di dalam surah ar-Rûm ayat 41 Allah SWT berfirman:
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)".(QS. ar-Rûm: 41)
Firman-Nya dalam surah al-Humazah ayat 1 :
Arinya: kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela", (QS. al-Humazah :1)
Rasulullah SAW pernah mengatakan dalam sabdanya :
Artinya: bahwasannya
telah binasa mereka yang sebelum kamu, karena apabila orang-orang
bangsawan mereka mencuri, mereka tidak diapa-apakan (tidak diambil
tindakan untuk dihukum), tetapi apabila mencuri orang-orang yang lemah,
barulah mereka diambil tindakan". (H.R. Bukhari).
Jadi
akhlak yang buruk sebenarnya bukan saja berakibat buruk kepada si
pelaku sendiri, tetapi juga akan merusak keharmonisan dan kedamaian
dalam masyarakat. Sebagai contoh, salah satu sifat yang tercela/buruk
"dusta". Sifat ini akan membawa kerusakan bagi pribadi orang yang
berdusta dan juga pada masyarakatnya.
Berikut merupakan macam – macam akhlak tercela (madzmumah), yaitu :
® al-Nanî’ah, yaitu sifat egois atau hanya mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain.
® al-Bukhlu, yaitu kikir.
® al-Buthân, yaitu suka berdusta.
® al-Khiyânat, yaitu tidak menepati janji.
® al-Jubn, yaitu pengecut.
® al-Ghîbah, yaitu menggunjing atau mengumpat atau menceritakan kejelekan orang lain kepada orang lain.
® al-Hasd, yaitu dengki.
Dengki atau hasud adalah perbuatan seseorang berefek negative (bahkan merusak) terhadap orang lain.
® al-Ifsâd, yaitu berbuat kerusakan. Seseorang mempunyai sifat merusak biasanya untuk mencapai kepentingan pribadinya dan tidak menghiraukan akibatnya.
® al-Isyrâf, yaitu berlebih – lebihan.
® al-Zhulmu, yaitu berbuat aniaya.
® al-Fawâhisyi, yaitu berbuat dosa bersar.
Dan masih banyak lagi akhlak tercela yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits.
Kita
sebaiknya berusaha sekuat tenaga untuk memiliki akhlak yang terpuji dan
menjauhi akhlak yang tercela sehingga bisa seiring dan sejalan dengan
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Kita pun lalu bisa menjadi
insan kamil atau manusia seutuhnya.
Sehubungan
dengan pembagian akhlak, kita juga harus mengetahui tentang pengetahuan
yang berhubungan dengan akhlak (ilmu akhlak), juga
korelasi-korelasinya.
F. PENGERTIAN ANTARA ETIKA, MORAL, SUSILA DAN AKHLAK
1. Pengertian Etika
Secara
bahasa etika berasal dari bahasa Yunani; ethos; yang berarti adat
istiadat ( kebiasaan ), kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia. Kamus Istilah Pendidikan dan
Umum, etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan tentang
keluhuran budi (baik/buruk) Menurut istilah etika adalah ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat. Konsep etika bersifat humanistis dan
anthropocentris, karena didasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan
pada perbuatan manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan yang
dihasilkan oleh akal manusia. Dari definisi etika tersebut diatas, dapat
segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai
berikut :
® Dilihat
dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Membahas tentang baik dan buruknya tingkah laku
dan perbuatan manusia.
® Dilihat
dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan
tidak pula universal. Ia terbatas,dapat berubah, memiliki kekurangan,
kelebihan dan sebagainya.
® Dilihat
dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu
apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat,
hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai
konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
® Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Kesimpulannya:
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Perbuatan baik atau
buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari
hasil berfikir. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah
laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
2. Pengertian Moral
Dari
segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Dari segi istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah
istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Acuan moral adalah system nilai yang hidup dan diberlakukan dalam
masyarakat.
3. Pengertian Susila
Dari
segi bahasa, berasal dari bahasa Sanskerta, Su: artinya baik, dan sila:
artinya prinsip, dasar, atau aturan Susila atau kesusilaan diartikan
sebagai aturan hidup yang lebih sopan,baik dan beradab. Kesusilaan
merupakan upaya membimbing, memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan
norma/nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.Kesusilaan menggambarkan
dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Kesusilaan dalam pengertian yang berkembang di masyarakat mengacu kepada
makna membimbing, memandu, mengarahkan, dan membiasakan seseorang atau
sekelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.
4. Perngertian Akhlak
Kata
akhlak merupakan jamak dari bahasa arab al-khalq ‘Fisik’ dan al-khuluq
adalah dua kata yang sering dipakai bersaman. Seperti redaksi bahasa
arab ini, fulaan husnu al-khalq wa al-khuluq yang artinya “si fulan baik
lahirnya juga batinnya”. Sehingga yang dimaksud dengan kata “al-khalq”
adalah bentuk lahirnya. Sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya.
Akhlak
adalah pembahasan tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan tersebut tegolong perbuatan yang baik
atau perbuatan yang buruk atau berisi pembahasan dalam upaya mengenal
tingkahlaku, kemudian memberikan hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu
apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.
G. HUBUNGAN ANTARA ETIKA, MORAL, SUSILA DAN AKHLAK
Ada beberapa persamaan antara Etika, Moral, Susila dan Akhlak sebagai berikut:
Þ Etika,
Moral, Susila dan Akhlak mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.
Þ Etika,
Moral, Susila dan Akhlak merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin
rendah kualitas Etika, Moral, Susila dan Akhlak seseorang atau
sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Þ Etika,
Moral, Susila dan Akhlak seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang.
Untuk pengembangan potensi positif tersebut diperlukan pendidikan,
pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus menerus,
berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
H. PERSAMAAN ANTARA ETIKA, MORAL, SUSILA DAN AKHLAK
Persamaan
keempatnya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan hukum atau
nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.
Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:
Objek : yaitu perbuatan manusia .
Ukuran : yaitu baik dan buruk .
Tujuan : membentuk kepribadian manusia
Selain ada persamaan antara etika,
moral, susila dan akhlak sebagaimana diuraikan di atas terdapat pula
beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing dari
keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi
perbedaan yang dimaksud;
· Sumber atau acuan:
- Etika sumber acuannya adalah akal
- Moral sumbernya norma atau adat istiadat
- Susila sumbernya nilai
- Akhlak sumbernya al-Qur`an dan Hadits.
· Sifat Pemikiran:
- Etika bersifat teoritis
- Moral, Susila dan Akhlak bersifat praktis
· Pandangan mengenai tingkah laku:
- Etika memandang tingka laku manusia secara umum
I. AKHLAK SEBAGAI KEPRIBADIAN HIDUP KEBAHAGIAAN
Akhlaq
terpuji dan tercela serta tanggung jawab ( hak dan kewajiban ) bagi
setiap pribadi menurut kedudukannya masing-masing adalah merupakan dasar
yang pokok yang sangat kokoh dan kuat dalm pembentukan kepribadian.
Betapa
pentingnya unsur kepribadian itu dalam usaha pembinaan bangsa dan
masyarakat,. Maka dari itu pembentukan kepribadian menjadi keharusan
yang tidak dapat diabaikan. Manusia yang berpribadi, yang sempurna
kepribadiannya adalah manusia utama.
Hakeketnya
bahwa kepribadian menjadi unsur mutlak bagi pembinaan masyarakat dan
Negara. Hal ini telah disadari oleh umum, dibuktikan pula dalam sejarah,
sehingga hal kepribadian benar-benar hal yang penting bagi kehidupan
manusia.
Ingatlah
ketika Rosulullah SAW. pada suatu hari menolak bujukan kaum Quraisy
untuk melepaskan tugasnya mensyiarkan agama islam, dengan jawaban beliau
yang sangat terkenal :
"meskipun matahari diletakkan ditangan kananku,dan bulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti dari tugasku ini".
Juga
dengan sahabat Bilal yang dengan hati tabah dan tawakkal menderita
mendapat siksaan dari kaum Quraisy dalam memegang teguh keyakinan
imannya kepada Allah dan Rosulnya, justru karena ia mempunyai
kepribadian yang sangat besar.
Pada
suatu waktu khalifah Umar memerintahkan kepada isterinya untuk
menyerahkan kembali hadiah yang baru diterimanya, berupa intan permata
diserahkan ke Baitulmal, semua itu menunjukkan dan membuktikan bahwa
islam telah meletakkan dasar-dasar kepribadian yang luhur dan mulia,
kuat dan sentosa.
Maka
pembinaan masyarakat islam tidak mungkin dapat dipisahkan dari
pembinaan kepribadian yang dijiwai dengan mutiara hikmah dari
ajaran-ajaran agama islam.
Rasulullah
SAW diutus oleh Tuhan untuk membentuk pribadi Muslim yang tunduk pada
peraturan-peraturan Tuhan yang suci, yang betul-betul berbakti kepada
agama, ibu pertiwi , masyarakat, nusa dan bangsa, semata-mata mencari
keridhaan Allah, memiliki jiwa tauhid yang mendalam .
Disebut dalam suatu ayat :
Artinya
: “ Katakanlah olehmu hai Muhammad, sesungguhnya saya ini adalah
manusia seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu oleh Tuhan Yang Maha
Esa “. (Q.S Al – Kahfi: 110 )
Disebut juga dalam Al – Qur’an :
Artinya: Tidaklah Aku menjadikan jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu”. ( Q.S. Adzariyat : 56 )
Disebut juga dalm Al-Qur’an :
Artinya:
Wahai diri yang tenteram, kembalilah kepada tuhanmu dengan ridha dan
diridhai, maka masuklah engkau kedalam golongan hambaKu, dan masuklah ke
surgaKu “ ( Q.S. Al-Fajr : 27-30).
Begitu
juga dengan kebahagian, maka yang dikehendaki disini adalah kebahagiaan
yang bersifat hakiki, yakni tidaklah cukup jika aktivitas tertinggi
manusia itu dijalankan dengan sembarangan cara saja. Manusia dapat
disebut bahagia jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik, yaitu
menjalankan aktivitasnya menurut "keutamaan". Hanya pemikiran yang
disertai keutamaan yang dapat membuat manusia menjadi bahagia. Keutamaan
juga tidak hanya menyangkut rasio, tetapi juga menyangkut manusia
seluruhnya. Manusia bukan saja merupakan makhluk intelektual, tetapi
juga makhluk yang mempunyai perasaan, keinginan, nafsu dan sebagainya.
Sebab itu, sebagaimana dikatakan Aristoteles, pada manusia itu terdapat
dua keutamaan, yaitu keutamaan intelektual dan keutamaan moral.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap untuk maju.
Kemajuan materi (madiyah) akan terpacu oleh akhlak manusia yang
menggenggam materi tersebut. Akhlak adalah perangai yang berakar didalam
hati sebagai anugerah dari sang Khalik Maha Pencipta.
Adalah satu kenyataan belaka bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan sang Khalik sang Pencipta. Akhlak adalah
jembatan yang mendekatkan Makhluk dengan Khaliknya. Menjadi
parameter menilai sempurna atau tidaknya ihsan Muslim itu. Melaksanakan
agama sama artinya dengan ber akhlak sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Karena itu, agama bukanlah sebuah beban, melainkan adalah sebuah
identitas (ciri, shibgah).
B. SARAN
Dengan
demikian maka saran kami bahwasannya akhlak adalah suatu keharusan yang
harus dimiliki oleh setiap individu supaya generasi-generasi setelah
kita selanjutnya terus dapat melestarikan akhlak yang menjadi cikal
bakal kebahagiaan di dunia dan akhirat.
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar