![]() |
Kilatan cahaya dan semburan lidah api terlihat jelas di atas Gunung Kelud |
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah
memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun
1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk
mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926
dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan
korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman
penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat
meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa
para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.
Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014.
Perubahan frekuensi ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di mulut
kawah gunung.
Letusan 1919
Letusan Gunung Kelud tahun 1919 tercatat
dalam laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan
Landraad di Tulung Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi
mata bencana alam tersebut.Disebutkan, pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba
langit gelap. Hilangnya matahari membuat semua yang hidup menjadi takut
dan gentar. Hujan abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di lereng
gunung berusaha menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan
jiwa dan hewan peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan
alam. Lari! Lari kemanakah dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin
mencekik semua yang bernafas. Bunyi desiran semakin dekat dan kuat.
Aliran lahar menghancurkan semuanya dan mengganggu jalan keluar untuk
manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah menjadi kecil-kecil bak
korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai awan gas
beracun. Hutan, tanah dan sawah ditutup kain kafan berwarna abu-abu.
Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa dikubur hidup-hidup.
Letusan ini termasuk yang paling
mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak sampai 15.000 ha
lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali
Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu
Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran
melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil
mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena letusan inilah kemudian dibangun
sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada
tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa
setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966,
45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967
itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan
volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.
Letusan 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari,
yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung
Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin
menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang
berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.
Letusan 2007
Aktivitas gunung ini meningkat pada
akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun
yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah,
peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari
kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan
oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober
2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih
kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus
mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas
Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan
pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3
November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat
Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius,
sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor
dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas
harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi
gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari
tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau
kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran
selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat
saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk
letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas
pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007
status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis
"hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah
kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah
lava.
Letusan 2014
Abu vulkanik dari letusan tahun 2014 yang menjangkau Yogyakarta.
Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai
terjadi di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud
dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian Awas pada tanggal 13
Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV),
sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Belum
sempat pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan
tipe ledakan (eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990
(pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma)
diprediksikan akan terjadi setelah hujan kerikil yang cukup lebat
dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi
tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota
Pare, Kediri. Wilayah Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga
yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava menurut
rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi
(PVMBG).Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan
Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa
Tengah.
Keadaan di wilayah Bantul, DIY, saat hujan abu vulkanik Gunung Kelud melanda wilayah ini pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014
Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal
14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten
Ponorogo, bahkan di Yogyakarta hampir seluruh wilayah tertutup abu
vulkanik yang cukup pekat melebihi abu vulkanik dari Merapi. Ketebalan
abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan diperkirakan lebih
dari 2 centimeter. Dampak Debu abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat
Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan
beberapa daerah lain di Jawa Barat. Di daerah Madiun dan Magetan jarak
pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5
meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut
sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan. Di sisi
lain banyak pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang
terganggu akibat Erupsi tersebut.
Menyusul adanya letusan intruksi
Kemenhub menutup sementara beberapa bandar udara di Pulau Jawa seperti
Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya, Bandar Udara Abdul Rachman
Saleh Malang, Bandar Udara Achmad Yani Semarang, Bandar Udara Adi
Sutjipto Yogyakarta, Bandar Udara Adi Sumarmo Surakarta, Bandar Udara
Tunggul Wulung Cilacap dan Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung.
Letusan 2014 telah dideteksi oleh PVMBG
dan ditanggapi dengan peningkatan status menjadi Waspada (level II).
Pada tanggal 10 Februari status meningkat menjadi Siaga (Level III), dan
persiapan-persiapan mengenai kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan
seputar 5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan
manusia. Letusan Kelud kali ini paling dahsyat dibanding letusan
sebelumnya pada tahun 1990.KRONOLOGI LETUSAN

"Aktivitas terakhir terjadi pada tahun
2007 diawali dengan peningkatan aktivitas kegempaan dan diakhiri dengan
erupsi efusif (peristiwa keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava, red)
pada tanggal 3-4 November 2007 berupa kubah lava di tengah danau
kawah," demikian kata Pusat ulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti dari laman PVMBG, Jumat (14/2/2014).
Gunung Kelud berbentuk strato, secara
administratif terletak di tiga Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan secara geografis terletak pada
posisi 7º 56’ 00” LS, 112º 18’ 30” BT dengan ketinggian puncak 1.731
meter di atas permukaan laut.
Berikut kronologi aktifnya Gunung Kelud hingga meletus pada 2014:
Berikut kronologi aktifnya Gunung Kelud hingga meletus pada 2014:
Januari 2014
Terjadi peningkatan jumlah kegempaan di Gunung Kelud yang didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA).
Gempa vulanik dalam meningkat sejak
tanggal 15 Januari 2014 dengan kisaran 22-157 kejadian per hari atau
rata-rata harian 90 kejadian.
Tanggal 27Gempa vulkanik dangkal teramati meningkat signifikan dalam kisaran 13-90 kejadian per hari atau rata-rata 37 kejadian/hari.
Tanggal 2 Februari 2014
Berdasarkan peningkatan kegempaan vulkanik yang cukup signifikan tersebut, status Gunung Kelud dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II).
Kegempaan didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA).
Tanggal 5-8 Februari 2014
Teramati adanya peningkatan energi sejak tanggal 6 Februari.
Gempa tersebar di sekitar Gunung Kelud, dengan kedalaman di bawah 5 km, dari bawah puncak dan umumnya terkonsentrasi pada kedalaman 1,5 km sampai 2,5 km.
Tanggal 9 Februari 2014Gempa tersebar di sekitar Gunung Kelud, dengan kedalaman di bawah 5 km, dari bawah puncak dan umumnya terkonsentrasi pada kedalaman 1,5 km sampai 2,5 km.
Terjadi peningkatan energi di mana
amplitudo (simpangan yang paling jauh pada getaran, red) gempa-gempa
vulkanik relatif membesar dan jumlah yang meningkat. Kalkulasi
hiposenter gempa-gempa Vulkanik memperlihatkan sebaran gempa di sekitar
Gunung Kelud dengan kedalaman mencapai 3 km di bawah puncak.
Tanggal 13 Februari 2014Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi ancaman bahaya Gunung Kelud, pukul 21.15 WIB status kegiatan Gunung Kelud dinaikkan dari SIAGA (level III) menjadi AWAS (level IV).Masyarakat di sekitar Gunung Kelud dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dan mendekati kawah dan yang ada di puncak Gunung Kelud dalam radius 10 km dari kawah aktif.
Terjadi letusan.
1. pkl. 22.55
2. pkl. 23.00
3. pkl. 23.23
4. pkl. 23.29 terjadi letusan besar
5. pkl. 23.36 hujan batu sampai ke Pare
6. pkl. 23.41 Hujan krikil sampai ke Wates dan Pesantren Kota Kediri
7. pkl. 23. 55 hujan krikil sampai di SLG
8. pkl. 00.05 hujan krikil sampai ke pace nganjuk
9. pkl. 22.50 petugas vulkanologi meninggalkan pos kelud saat letusan ke 3
10.pkl. 01.10 pengungsi dari Trisulo dan Sugihwaras sebanyak 2 truk diungsikan ke posko Utama Convention Center SLG
11.
Semburan atau letusan mencapai ketinggian 17 km atau 50.000 kaki yang
terjadi pada pukul 23.23 hari kamis tgl 13 februari 2014, kata bapak
Gede Swantika, Ini Merupakan Letusan Gunung Kelud Terdasyat Dibandingkan
Th. 1990 .SUMBER: kedirikab.go.id
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar