Salah satu faktor yang membuat seseorang tidak mau melakukan
kebaikan adalah karena merasa kebaikan itu didorong oleh bisikan setan.
Jika bisikan setan itu dibagi, mungkin begini; ada bisikan
setan yang menyuruh untuk melakukan kejelekan, ada bisikan setan yang mencegah
untuk melakukan kebaikan, dan ada bisikan setan yang menyuruh atau mendorong
untuk melakukan kebaikan tapi tujuannya jelek. Yang terakhir inilah yang akan
dibahas dalam tulisan ini.
Yang sering terjadi dari faktor tersebut adalah sifat
tawadhu’. Orang yang memiliki sifat ini sering kali menolak untuk melakukan
suatu kebaikan. Alasannya karena merasa tidak pantas, atau takut apa yang
dilakukannya didorong oleh bisikan setan.
Selain itu, ada beberapa sifat lainnya, yaitu sifat wara’. Sifat
ini membuat seseorang sangat berhati-hati dalam setiap melakukan sesuatu, meski
sesuatu itu jelas kebaikannya. Sering kali apa yang direncanakan oleh orang
yang bersifat seperti ini gagal, karena terlalu banyak pertimbangan untuk
memilah-milih dalam menentukan suatu kebaikan.
Juga, sifat riya’ ikut serta membuat seseorang tidak mau
atau menggagalkan suatu kebaikan. Sifat ini sering kali dijadikan alasan untuk
tidak melakukan kebaikan. Dalam dugaan orang yang memiliki sifat semacam ini, khawatir
apa yang dilakukannya tidak bernilai ibadah.
Sifat-sifat di atas berperan di saat kebaikan berpacu dengan
bisikan setan. Ketika bisikan setan terdengar lantang di hati seseorang yang
bersifat tersebut, pasti dia tidak akan melakukan sesuatu meski itu jelas berupa
kebaikan. Semisal, ketika hendak melakukan shalat sunnah, lalu dalam hatinya
terselip rasa ingin dipuji oleh orang-orang, pasti orang tersebut enggan
melakukan shalat sunnah.
Orang-orang yang memiliki sifat-sifat di atas akan melakukan
suatu kebaikan bila mana dalam hatinya bersih dari bisikan setan. Ujian bagi
seorang hamba yang taat diantaranya adalah riya’; memamerkan amal kebaikannya, ‘ujub;
merasa heran pada kebaikan (kesuksesan) dirinya, dan takabbur; merasa lebih
tinggi atau mulia dari orang lain.
Bagi orang yang sudah sampai pada maqam tersebut, wajar saja
melakukan setiap kebaikan lepas dari bisikan setan. Masalahnya, jika ada orang
yang belum sampai pada maqam tersebut lalu memposisikan dirinya di situ.
Sangat sulit memang, ketika ingin lepas dari bisikan setan. Karena
bisikan setan itu selalu saja terdengar dalam hati. Hali ini diisyaratkan dari
ayat,
}يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا } [الأحزاب:41[
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”.
Ayat di atas menyuruh kita untuk memperbanyak dzikir kepada
Allah. Bahkan ada ulama’ yang menyuruh untuk berdzikir kepada Allah seiring
hembusan nafas kita. Tujuannya tidak lain adalah agar tidak dikalahkan oleh
bisikan setan yang setiap saat terdengar dalam hati. Tentu, untuk berlindung
dari kebejatan setan hanya bisa meminta kepada Allah, sebagaimana yang
terkandung dalam ungkapan ta’awwudz,
اَعُوْ
ذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang
terkutuk”
Sumber: disini
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar