Senin, 14 Juli 2014

Mengakali Setan [2]

Kondisi seseorang yang telah dirasuki bisikan setan ada tiga macam. Pertama, ada yang langsung terpengaruh dan mengikuti apa-apa yang dibisikkan setan, terlebih apa yang dilakukannya sesuatu yang baik. Orang yang seperti ini adalah orang yang sama sekali tidak memiliki sifat-sifat di atas. Kedua, ada yang mampu melawannya sehingga bisikan itu tidak melekat pada hatinya, melakukan suatu kebaikan kosong dari bisikan setan. Inilah orang yang sudah mencapai pada maqam sifat-sifat di atas. Ketiga, ada yang tak mampu melawannya, sehingga setiap melakukan kebaikan selalu saja terselip bisikan setan. Karena dia tak bisa menghilangkan bisikan setan tersebut, akhirnya dia menghindar dengan tidak melakukan kebaikan itu, karena khawatir kebaikannya terdorong oleh bisikan setan.

Orang yang termasuk macam ketiga tersebut, yang sering kali tidak mau melakukan kebaikan. Semisal, ketika ditawarkan menjadi penceramah, imam shalat, berkerya, dan seterusnya, dia akan enggan karena dia takut tidak bisa menjaga hatinya sesuai sifat-sifat di atas. Akibatnya, banyak kebaikan yang sebenarnya bisa dia lakukan dan dibagikan kepada banyak orang, akhirnya hanya menjadi menu santapan yang ditelan oleh bisikan setan, yang dianggap itulah pilihan yang tepat.

Jangan-jangan bisikan setan yang terdengar itu merupakan ujian untuk melakukan kebaikan. Bisa saja bisikan itu untuk mengukur keyakinan hati pada kebaikan, atau sengaja setan membisikkan rayuannya untuk membuat kebimbangan antara melakukan atau tidak. Jika hatinya tidak memiliki keyakinan yang kuat, dia akan bimbang dan pada akhirnya setan yang menang, dia pun tidak mau melakukannya, karena merasa apa yang akan dilakukan dipenuhi oleh bisikan setan.

Begitulah jika seorang hamba yang belum sampai pada maqam sifat-sifat di atas. Dia belum pantas bersikap seperti orang-orang yang sudah meraih maqam tersebut, tapi dia memaksakan diri. Akibatnya, dia selalu kalah dengan bisikan setan dan ujung-ujuangnya dia hanya memiliki angan-angan tentang kebaikan, tidak pernah mewujudkannya.

Dalam melakukan kebaikan sebanarnya ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Tahapan-tahapan ini sebagai proses untuk menuju kemurnian hati dari bisikan setan. Tahapan yang paling rendah adalah melakukan sesuatu kebaikan masih secara penuh didorong oleh bisikan setan dan sering kali lebih cenderung melakukan keburukan. Tahapan yang standart adalah melakukan kebaikan masih sering kali terselip bisikan setan. Tahapan yang paling tinggi adalah melakukan kebaikan lepas dari bisikan setan.

Dari tahapan-tahapan di atas menunjukkan bahwa merupakan kewajaran jika ada hamba melakukan kebaikan masih terdorong oleh bisikan setan. Jadi, lakukan dan lanjutkanlah segala seuatu kebaikan. Tidak perlu mempertimbangkan bisikan setan yang membuat perasaan bimbang antara bertindak atau tidak. Jangan sampai kebaikan hanya menjadi bayangan karena dirasuki oleh bisikan setan.

Semuanya butuh proses, tak terkecuali dalam melakukan kebaikan. Sekarang mungkin apa-apa yang dilakukan masih terdorong oleh bisikan setan, suatu saat pasti bisikan itu akan hilang seiring usaha yang dilakukan, serta upaya keistigamahan yang maksimal.  Jika bisikan setan tetap lantang, akal-akali saja. Artinya, ikuti bisikan setan tersebut dengan cara seolah melakukan kebaikan karena setan.

Contoh, ketika hendak menjadi imam shalat, kadang ingin dipuji karena bacaannya bagus. Ketika sadar ini adalah bisikan setan, spontan tidak mau atau enggan menjadi imam karena takut riya’ dan takabbur. Jika ini terjadi, biarkan saja bisikan setan lantang di hati. Jika mau, tanggapi bisisikan itu dengan mengatakan, “Ya, aku melakukan ini karenamu. Terus, kamu mau apa?”. Jika seumpama tidak begini caranya maka seterusnya akan terpenjera oleh bisikan setan. Jadi, wajar pada awalnya bisikan setan merasuk kuat di dalam hati. Inilah proses
Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top