Rabu, 05 Februari 2014

DENGAN KEJERNIHAN DAN KETAJAMAN MATA BATHIN ( INSTING ) SERTA KEIKHLASAN


Adalah sebuah bukti kecerdasan spritual dan olah qolbu serta jiwa yang sangat dalam seseorang yang pada akhirnya menjadi tokoh sentral di bidang  tasawuf, Baha’uddin di masa-masa awal beliau  menginjak dan mendalami ajaran- ajaran ilmu thareqat ( tasawuf ) sudah mampu menangkap getar-getar hati yang sangat dahsyat, dawai-dawai asmara, cinta ( mahabbah ),
rindu ( tasawuq ) dengan yang Maha Kekasih, “Alloh SWT”, yang mulai tumbuh memenuhi seluruh relung hatinya, juga sudah bisa beliau rasakan. Bukan suatu hal yang mengada-ada, ternyata ada yang bisa merasakan dan membuktikannya, bahwa qolbu ( hati ) adalah sesuatu yang tidak bisa diduga dan dikira ( abstrak ) sehingga sulit dibaca, sulit dipahami dan sulit pula untuk dimengerti apa yang tersirat di dalamnya, bisikan, getaran, serta bahasa qolbu yang tak bisa diminta ataupun ditolak kedatangannya, itu tidak akan bisa dimengerti kecuali dengan bahasa isyarat dan sasmita di mana hati itu bertempat dan di mana hati itu tertambat.
            Dengan kejernihan dan ketajaman mata bathin ( insting ) serta keikhlasan, Beliau mampu menyerap dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sehingga akhirnya beliau Syekh Baha’uddin berhasil membangun sebuah keyakinan yang teramat kokoh serta diliputi oleh dawai-dawai asmara Sang Kekasih, “Alloh”. Pada suatu malam disaat beliau di liputi perasaan rindu dengan “Sang Kekasih”, yang perasaan itu sudah tidak bisa tertahankan, gejolak-gejolak ruhani yang sudah tidak bisa dikendalikan, Beliau keluar rumah berjalan menelusuri jalan-jalan yang ada di wilayah Bukhoro. Sebuah negara yang dulunya mayoritas penduduknya beragama Islam, penuh dengan bangunan Islam yang sangat megah serta panji-panji kebesaran Islam selalu berkibar, bahkan di negeri ini pula, dulu pernah lahir seorang ‘Ulama yang pilih tanding ilmunya, khususnya dalam keilmuan hadits yang sampai sekarangpun masih sangat terkenal dan menjadi panutan, beliau yang di kenal dengan sebutan Imam Bukhori.
            Pada saat Syekh Baha’uddin diajak untuk melakukan perjalanan spiritual dan ngalap berkah. Satu persatu tempat–tempat keramat beliau ziarohi ( maqom-maqom “Aulia dan masjidnya ) yang ada di seluruh negeri. Pada suatu ketika di waktu beliau ziaroh pada salah satu maqom “Aulia yang sudah sangat terkenal dengan kebarokahannya, di situlah beliau menemukan sebuah lentera dengan sumbu dan terisi penuh minyaknya, anehnya lentera itu tidak bisa menyala dengan sempurna, apabila sumbunya itu tidak digerakkan dengan berlahan-lahan. Diantara maqom-maqom yang beliau ziarohi adalah maqom Syekh Muhammad Wasi’ Abu Qory, dikala beliau berolah rasa ( munajat ) beliau mendapatkan ilham untuk segera meneruskan perjalanan berziaroh ke maqom Syekh Ahmad al-Jufri. Setelah tiba di maqom Syekh Ahmad al-Jufri beliau merasa kaget saat mendapat sambutan yang sangat mengejutkan dari dua orang, sambil menghunuskan pedang dan mengacung-acungkannya, dan dua orang tersebut mendekat seraya berkata : segeralah kamu mendatangi maqom Syaikh Musdakhim untuk berziaroh kepada Beliau !. Setelah berfikir sejenak Syaikh Baha’uddin langsung beranjak dan menaiki khimarnya untuk berangkat menuju pesarean Syaikh Musdakhim dengan diantar dua lelaki penyambut yang berpedang terhunus tersebut.
            Setibanya di pesarean Syaikh Musdakhim, beliau merebahkan tubuhnya sejenak seraya beristirahat untuk menghilangkan kepenatan dan kelelahan, setelah rasa capai dan lelahnya sedikit berkurang, kemudian beliau beranjak untuk memasuki ke pesarean Syaikh Musdakhim, dan dengan kehendak Alloh jualah beliau melihat dan menemukan sebuah benda yang sama persis dengan benda yang beliau lihat di tiga makam keramat yang sudah sempat beliau ziyarahi, yaitu sebuah “ lentera “ .
            Merupakan kebiasaan para peziyarah, mereka selalu memusatkan konsentrasi hati dan fikirannya saat mendatangi dan ziyarah ke berbagai makam, beliau Syaikh Baha’udin juga melakukan hal-hal tersebut, dengan rasa penuh tawadlu’ dan hormat beliau memusatkan pikiran, jiwa dan hatinya, dan beliau duduk bersila menghadap kiblat seraya penuh khidmat, pada akhirnya beliau mendapatkan sebuah karunia mampu menembus tirai-tirai dan tebalnya dinding alam ghaib, serta beliau diberi kemampuan untuk menembus dan memasukinya.
            Di dalam alam tersebut ( ghaib ), Syaikh Baha’udin banyak menyaksikan pandangan dan panorama yang sangat menakjubkan dan menimbulkan rasa takjub hatinya. Salah satu keajaiban tersebut adalah : Beliau melihat sebuah bentangan tembak besar lagi tebal yang ada di arah kiblat, mendadak terbelah menjadi dua bagian, dan pada saat itu pula muncullah sesosok laki-laki dari belahan tembok besar tersebut, sosok laki-laki yang mencul dengan penuh kewibawaan dan perpenampilan kharismatik tersebut dikawal dan diiringi oleh para pengiktnya, Kemudian sosok laki-laki yang penuh kewibawaan tersebut duduk di atas kursi singgasananya seraya menghadap kepada para pengikutnya, dan dari sekian banyak pengikut yang mengiringi kedatangan sosok laki-laki tersebut salah satunya Syaikh Baba Syamasyi, yang sangat dikenalinya, dengan pandangan dan penglihatan tersebut beliau Syaikh Baha’udin meyakini bahwa sosok laki-laki yang muncul dan segenap pengikutnya tersebut adalah orang-orang yang memiliki derajat yang sangat tinggi, yakni makrifat billah.
            Dengan terus melihat dan mengamati kejadian pertemuan orang-orang khusus tersebut, beliau dapat menangkap sasmita pada salah satu dari mereka, dan sekaligus dapat memahami maknanya. Wahai Baha’udin !, ketahuilah bahwa sesungguhnya laki-laki yang duduk di singgasana tersebut adalah guru dan mursyid kami yang telah membimbing kami meniti jalan hingga sampai di sini, beliau adalah guru kami Syaikh Abdul Kholiq. Dan para pengikutnya adalah calon-calon pengganti, sambil menunjuk ke arah Syaikh Ahmad Shiddiq, Syaikh Ariyu Qory, Syaikh Mahmud Anjir al-Faghnawi, Syaikh Ali ar-Romayatni dan Syaikh Baba Samasi. Pada saat menunjuk Syaikh Baba Samasi seraya berkata ini adalah gurumu yang telah memberimu kolangsuwah               ( kopyah ) yang penuh dengan berkah dan karomah, karena dengan lantaran dan wasilah kopyah tersebut Alloh akan menghilangkan segala derita dan kesusahan, baik lahir maupun bathin dengan secepat mungkin. Tetapi kenapa kamu biarkan kopyah tersebut tergeletak dan tidak terurus bagaikan suatu barang yang tidak ada harganya, bahkan tidak ada gunanya ?,  sungguh hal itu merupakan kesalahan dan kerugian yang sangat besar bagimu. Wahai Baha’udin !. sungguh kedatangan guru kami di sini adalah untuk memberikan didikan, bimbingan dan pelajaran tentang ilmu bagi seorang salik atau masluk ( thariqah ) kepada dirimu. Oleh karena itu, bersiaplah dirimu untuk menerimanya, dan pahamilah segala yang beliau sampaikan.
            Sejenak, setelah setelah perbincangan bathin selesai, timbullah dari dasar lubuk hatinya yang paling dalam untuk menghadap dan berjabat tangan laki-laki tersebut ( Syaikh Abdul Kholiq ), memang benar !. Sasmita yang beliau pahami, setelah menghadap dan berhasil berjabat tangan dengan Syaikh Abdul Kholiq beliau langsung diberi pelajaran dan pengajaran ( bimbingan ) mengenahi dasar-dasar ilmu thariqah, seluk-beluk mengenahi salik dan masluk sampai tingkatan puncak dan akhir dari ilmu thariqah.
            Salah satu dari sederet pelajaran yang diterima oleh Syaikh Baha’udin adalah : pengungkapan rahasia dibalik “ empat lentera “ yang dilihat dan disaksikan di empat pesarean yang sudah diziyarahi oleh beliau.  Syaikh Abdul Kholiq berkata : “ Wahai Baha’udin !, sesungguhnya empat lentera yang kamu lihat itu adalah sebuah tengara bagi dirimu akan adanya potensi yang sangat besar yang ada pada dirimu, yang potensi tersebut memungkinkan dirimu mampu menerima serta dapat memahami setiap tetesan mutiara hikmah, dan dapat menyibak serta membaca setiap rahasia yang tertimbun di balik ilmu thariqah. Tetapi, ingat !, bahwa sebuah lentera yang penuh terisi minyak dan dengan sebuah sumbu di dalamnya, tidak akan pernah menyala, selama sumbu tersebut tidak disentuhkan dengan pijaran api. Begitu pula segudang potensi yang terdapat pada dirimu, selamanya akan tetap terpendam dan tidak akan muncul sebagai mana sebuah potensi yang mampu memunculkan kemanfaatan, jika dirimu tidak mau berusaha untuk menggalinya. Oleh karena itu, berusahalah kamu gali sumber potensi yang kamu miliki dan angkat potensi tersebut !. agar supaya kamu dapat mengetahui rahasia-rahasia ilmu thariqah, serta kamu dapat memahami dan memperoleh tujuan akhir dari ilmu thariqah yang mulia ini.
            Selain itu Syaikh Abdul Kholiq, juga memberikan wejangan agar Syaikh Baha’udin selalu konsisten ( istiqomah ) dalam setiap ibadah, ikhlas dan hati-hati dalam setiap amalnya, selalu perintah dan mendorong kebaikan, mencegah kemungkaran, menjauhi bid’ah dan tidak senang mengambil rukhsoh                  ( dispensasi ) dalam beribadah dan selalu mengamalkan sunnah-sunnah rasul, mempelajari kandungan-kandungan haditsnya dan hadits para shahabatnya.

( M. Jamaluddin, Staf Pengajar MDN Kencong )      
                    

 
           
   
Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top