Adalah sebuah bukti kecerdasan spritual dan olah qolbu
serta jiwa yang sangat dalam seseorang yang pada akhirnya menjadi tokoh sentral
di bidang tasawuf, Baha’uddin di
masa-masa awal beliau menginjak dan
mendalami ajaran- ajaran ilmu thareqat ( tasawuf ) sudah mampu menangkap
getar-getar hati yang sangat dahsyat, dawai-dawai asmara, cinta ( mahabbah ),
rindu ( tasawuq ) dengan yang Maha Kekasih, “Alloh
SWT”, yang mulai tumbuh memenuhi seluruh relung hatinya, juga sudah bisa beliau
rasakan. Bukan suatu hal yang mengada-ada, ternyata ada yang bisa merasakan dan
membuktikannya, bahwa qolbu ( hati ) adalah sesuatu yang tidak bisa diduga dan
dikira ( abstrak ) sehingga sulit dibaca, sulit dipahami dan sulit pula untuk
dimengerti apa yang tersirat di dalamnya, bisikan, getaran, serta bahasa qolbu
yang tak bisa diminta ataupun ditolak kedatangannya, itu tidak akan bisa
dimengerti kecuali dengan bahasa isyarat dan sasmita di mana hati itu bertempat
dan di mana hati itu tertambat.
Dengan
kejernihan dan ketajaman mata bathin ( insting ) serta keikhlasan, Beliau mampu
menyerap dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sehingga akhirnya beliau
Syekh Baha’uddin berhasil membangun sebuah keyakinan yang teramat kokoh serta
diliputi oleh dawai-dawai asmara Sang Kekasih, “Alloh”. Pada suatu malam
disaat beliau di liputi perasaan rindu dengan “Sang Kekasih”, yang perasaan itu
sudah tidak bisa tertahankan, gejolak-gejolak ruhani yang sudah tidak bisa
dikendalikan, Beliau keluar rumah berjalan menelusuri jalan-jalan yang ada di
wilayah Bukhoro. Sebuah negara yang dulunya mayoritas penduduknya
beragama Islam, penuh dengan bangunan Islam yang sangat megah serta panji-panji
kebesaran Islam selalu berkibar, bahkan di negeri ini pula, dulu pernah lahir
seorang ‘Ulama yang pilih tanding ilmunya, khususnya dalam keilmuan hadits yang
sampai sekarangpun masih sangat terkenal dan menjadi panutan, beliau yang di
kenal dengan sebutan Imam Bukhori.
Pada saat Syekh Baha’uddin diajak
untuk melakukan perjalanan spiritual dan ngalap berkah. Satu persatu
tempat–tempat keramat beliau ziarohi ( maqom-maqom “Aulia dan masjidnya ) yang
ada di seluruh negeri. Pada suatu ketika di waktu beliau ziaroh pada salah satu
maqom “Aulia yang sudah sangat terkenal dengan kebarokahannya, di situlah
beliau menemukan sebuah lentera dengan sumbu dan terisi penuh minyaknya,
anehnya lentera itu tidak bisa menyala dengan sempurna, apabila sumbunya itu
tidak digerakkan dengan berlahan-lahan. Diantara maqom-maqom yang beliau
ziarohi adalah maqom Syekh Muhammad Wasi’ Abu Qory, dikala beliau berolah rasa
( munajat ) beliau mendapatkan ilham untuk segera meneruskan perjalanan
berziaroh ke maqom Syekh Ahmad al-Jufri. Setelah tiba di maqom Syekh Ahmad
al-Jufri beliau merasa kaget saat mendapat sambutan yang sangat mengejutkan dari
dua orang, sambil menghunuskan pedang dan mengacung-acungkannya, dan dua orang
tersebut mendekat seraya berkata : segeralah kamu mendatangi maqom Syaikh
Musdakhim untuk berziaroh kepada Beliau !. Setelah berfikir sejenak Syaikh
Baha’uddin langsung beranjak dan menaiki khimarnya untuk berangkat menuju
pesarean Syaikh Musdakhim dengan diantar dua lelaki penyambut yang berpedang
terhunus tersebut.
Setibanya di pesarean Syaikh
Musdakhim, beliau merebahkan tubuhnya sejenak seraya beristirahat untuk
menghilangkan kepenatan dan kelelahan, setelah rasa capai dan lelahnya sedikit
berkurang, kemudian beliau beranjak untuk memasuki ke pesarean Syaikh
Musdakhim, dan dengan kehendak Alloh jualah beliau melihat dan menemukan sebuah
benda yang sama persis dengan benda yang beliau lihat di tiga makam keramat
yang sudah sempat beliau ziyarahi, yaitu sebuah “ lentera “ .
Merupakan kebiasaan para peziyarah, mereka
selalu memusatkan konsentrasi hati dan fikirannya saat mendatangi dan ziyarah
ke berbagai makam, beliau Syaikh Baha’udin juga melakukan hal-hal tersebut,
dengan rasa penuh tawadlu’ dan hormat beliau memusatkan pikiran, jiwa dan
hatinya, dan beliau duduk bersila menghadap kiblat seraya penuh khidmat, pada
akhirnya beliau mendapatkan sebuah karunia mampu menembus tirai-tirai dan
tebalnya dinding alam ghaib, serta beliau diberi kemampuan untuk menembus dan
memasukinya.
Di dalam alam tersebut ( ghaib ),
Syaikh Baha’udin banyak menyaksikan pandangan dan panorama yang sangat
menakjubkan dan menimbulkan rasa takjub hatinya. Salah satu keajaiban tersebut
adalah : Beliau melihat sebuah bentangan tembak besar lagi tebal yang ada di
arah kiblat, mendadak terbelah menjadi dua bagian, dan pada saat itu pula
muncullah sesosok laki-laki dari belahan tembok besar tersebut, sosok laki-laki
yang mencul dengan penuh kewibawaan dan perpenampilan kharismatik tersebut
dikawal dan diiringi oleh para pengiktnya, Kemudian sosok laki-laki yang penuh
kewibawaan tersebut duduk di atas kursi singgasananya seraya menghadap kepada
para pengikutnya, dan dari sekian banyak pengikut yang mengiringi kedatangan
sosok laki-laki tersebut salah satunya Syaikh Baba Syamasyi, yang sangat
dikenalinya, dengan pandangan dan penglihatan tersebut beliau Syaikh Baha’udin
meyakini bahwa sosok laki-laki yang muncul dan segenap pengikutnya tersebut
adalah orang-orang yang memiliki derajat yang sangat tinggi, yakni makrifat
billah.
Dengan terus melihat dan mengamati
kejadian pertemuan orang-orang khusus tersebut, beliau dapat menangkap sasmita pada
salah satu dari mereka, dan sekaligus dapat memahami maknanya. Wahai Baha’udin
!, ketahuilah bahwa sesungguhnya laki-laki yang duduk di singgasana tersebut
adalah guru dan mursyid kami yang telah membimbing kami meniti jalan hingga
sampai di sini, beliau adalah guru kami Syaikh Abdul Kholiq. Dan para
pengikutnya adalah calon-calon pengganti, sambil menunjuk ke arah Syaikh Ahmad
Shiddiq, Syaikh Ariyu Qory, Syaikh Mahmud Anjir al-Faghnawi, Syaikh Ali
ar-Romayatni dan Syaikh Baba Samasi. Pada saat menunjuk Syaikh Baba Samasi
seraya berkata ini adalah gurumu yang telah memberimu kolangsuwah ( kopyah ) yang penuh dengan
berkah dan karomah, karena dengan lantaran dan wasilah kopyah tersebut Alloh
akan menghilangkan segala derita dan kesusahan, baik lahir maupun bathin dengan
secepat mungkin. Tetapi kenapa kamu biarkan kopyah tersebut tergeletak dan
tidak terurus bagaikan suatu barang yang tidak ada harganya, bahkan tidak ada
gunanya ?, sungguh hal itu merupakan
kesalahan dan kerugian yang sangat besar bagimu. Wahai Baha’udin !. sungguh
kedatangan guru kami di sini adalah untuk memberikan didikan, bimbingan dan
pelajaran tentang ilmu bagi seorang salik atau masluk ( thariqah ) kepada
dirimu. Oleh karena itu, bersiaplah dirimu untuk menerimanya, dan pahamilah
segala yang beliau sampaikan.
Sejenak, setelah setelah
perbincangan bathin selesai, timbullah dari dasar lubuk hatinya yang paling
dalam untuk menghadap dan berjabat tangan laki-laki tersebut ( Syaikh Abdul
Kholiq ), memang benar !. Sasmita yang beliau pahami, setelah menghadap dan
berhasil berjabat tangan dengan Syaikh Abdul Kholiq beliau langsung diberi
pelajaran dan pengajaran ( bimbingan ) mengenahi dasar-dasar ilmu thariqah,
seluk-beluk mengenahi salik dan masluk sampai tingkatan puncak dan akhir dari
ilmu thariqah.
Salah satu dari sederet pelajaran
yang diterima oleh Syaikh Baha’udin adalah : pengungkapan rahasia dibalik “
empat lentera “ yang dilihat dan disaksikan di empat pesarean yang sudah
diziyarahi oleh beliau. Syaikh Abdul Kholiq
berkata : “ Wahai Baha’udin !, sesungguhnya empat lentera yang kamu lihat itu
adalah sebuah tengara bagi dirimu akan adanya potensi yang sangat besar yang
ada pada dirimu, yang potensi tersebut memungkinkan dirimu mampu menerima serta
dapat memahami setiap tetesan mutiara hikmah, dan dapat menyibak serta membaca
setiap rahasia yang tertimbun di balik ilmu thariqah. Tetapi, ingat !, bahwa
sebuah lentera yang penuh terisi minyak dan dengan sebuah sumbu di dalamnya,
tidak akan pernah menyala, selama sumbu tersebut tidak disentuhkan dengan
pijaran api. Begitu pula segudang potensi yang terdapat pada dirimu, selamanya
akan tetap terpendam dan tidak akan muncul sebagai mana sebuah potensi yang
mampu memunculkan kemanfaatan, jika dirimu tidak mau berusaha untuk
menggalinya. Oleh karena itu, berusahalah kamu gali sumber potensi yang kamu
miliki dan angkat potensi tersebut !. agar supaya kamu dapat mengetahui
rahasia-rahasia ilmu thariqah, serta kamu dapat memahami dan memperoleh tujuan
akhir dari ilmu thariqah yang mulia ini.
Selain itu Syaikh Abdul Kholiq, juga
memberikan wejangan agar Syaikh Baha’udin selalu konsisten ( istiqomah ) dalam
setiap ibadah, ikhlas dan hati-hati dalam setiap amalnya, selalu perintah dan
mendorong kebaikan, mencegah kemungkaran, menjauhi bid’ah dan tidak senang
mengambil rukhsoh (
dispensasi ) dalam beribadah dan selalu mengamalkan sunnah-sunnah rasul, mempelajari
kandungan-kandungan haditsnya dan hadits para shahabatnya.
( M. Jamaluddin, Staf Pengajar MDN
Kencong )
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar