- Pengertian Agama
Pemahaman tentang agama ini sangat penting, agar dapat
dibedakan dan dipahami apa yang disebut “agama”, apa yang disebut “nama sebuah
agama”, dan apa yang disebut “ajaran agama”. Agama adalah institusi religius
sebagai wadah bagi seseorang atau sekelompok orang untuk menyembah Tuhannya.
Nama agama adalah nama dari institusi religius seperti islam, Kristen, budha,
hindu dan lain-lain. Sedangkan ajaran agama adalah pesan-pesan yang harus dilakukan dan
ditinggalkan oleh semua penganut agama.[1]
Agama secara bahasa “Religion” (Inggris), “Religie”
(Belanda), “Religio (Latin) berasal dari kata re + Leg + io, yang
artinya:
Leg = to observe - mengamati
= to gather - berkumpul / bersama
= to take up - mengambil (njumput,(jawa)
Berdasarkan arti pertama, maka religi berarti terus menerus
tanda-tanda daripada hubungan kedewaan. Demikian pebdapat Cicero sarjana Romawi abad ke-5. tapi menurut
Servis berasal dari kata re lig io, lig yang berarti “to bind” mengikat. Jadi
arti religi yaitu suatu hubungan yang erat manusia dengan maha manusia (Religion
is the relationship between human and superhuman).[2]
“Agama” (Sansekerta) a = tidak + gama = kacau, jadi
“tidak kacau”. Agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia
agar tidak kacau. Adapula yang mengartikan gama adalah tradisi.[3]
Agama dalam bahasa Al-Qur’an adalah Ad-dien yang berarti:
hukum, kerajaan, kekuasaan, tuntunan, pembalasan, kemenangan dan masih banyak
lagi. Dari arti tadi bias disimpulkan, bahwa agama adalah penyerahan mutlak
dari hamba kepada Tuhan.[4]
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem /
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut.[5]
Menurut Prof. Dr. Bouquet, agama adalah hubungan yang tetap
antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan bersifat
supernatuur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai
kekuasaan absolute yang disebut Tuhan.[6]
Drs. Sidi Gazalba mendefinisikan bahwa agama adalah hubungan
manusia dengan Yang Maha Kudus, hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk
kultus dan sikap hidup berdasarkan doktrin-doktrin tertentu.[7]
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem kepercayaan dan
praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus
kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi komunitas
moral yang tunggal.[8]
Jadi agama menurut arti luas adalah suatu peraturan Tuhan
untuk mengatur hidup manusia, atau Peraturan Tuhan untuk mengatur hidup dan
kehidupan manusia guna mencapai kesempurnaan hidupnya menuju kebahagiaan dunia
dan akhirat.[9]
- Macam-macam Agama
Agama dilihat dari sunbernya dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu;
a)
Agama Wahyu (revealed religion) atau agama samawi.
Agama Wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada
umat manusia melalui Rasul-Nya.
b)
Agama Ra’yu (cultural religion/natural religion), agama
ardhi, agama bumi, agama budaya dan agama alam. Agama Ra’yu adalah agama yang
ajaran-ajarannya diciptkan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah
melalui Rasul-Nya.[10]
Selain pembagian di atas, bila ditinjau dari segi penganutnya
maka agama-agama itu dapat dibagi menjadi tiga macam:
a)
Agama lokal, yang dianut oleh suatu masyarakat
tertentu, seperti agama-agama suku-suku bangsa yang masih primitive di Afrika, Amerika, Australia,
dan Irian Barat.
b)
Agama Nasional, yang dianut oleh satu bangsa yang
tertentu misalnya, agama Zoroaster, Yahudi, Shinto, Mesir Kuno dan sebagainya.
c)
Agama Dunia, (Universal) yang dianut oleh berbagai
bangsa di dunia, seperti agama Budha, Kristen dan Islam.[11]
- Ciri-ciri Agama
Untuk mengetahui ciri-ciri agama itu sendiri bisa dibedakan
masing-masing, yaitu:
A.
Agama Wahyu
a)
Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya
b)
Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah
c)
Memiliki kitab suci yang keontetikannya bertahan tetap
d)
System berfikirnya tidak inhern dengan berfikir tiap
segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya system merasa dan berfikir
mengabdikan diri kepada agama
e)
Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya
dapat berubah dengan perubahan akal
f)
Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak
g)
Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap
kritik akal
h)
System nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang
diselaraskan dengan ukuran dan hakikat kemanusiaan
i)
Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman,
tuntunan dan peringatan kepada manusia dalam pembentukan insane kamil
(sempurna) yang bersih dari dosa.
B.
Agama Ra’yu
a)
Agama ra’yu tidak dapat dipastikan kelahirannya
b)
Tidak mengenal utusan atau Rasul Allah
c)
Tidak memiliki kitab suci
d)
Sistem berfikirnya inhern dengan berfikir tiap segi
kehidupan
e)
Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang
menganut, atau oleh filosofnya
f)
Konsep ketuhanannya dinamisme, animisme, politeisme
paling tinggi monoteisme nisbi
g)
Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tak tahan terhadap
kritik akal
h)
Nilai agam ditentukan oleh manusia sesuai dengan
cita-cita, pengalaman, penghayatan masyarakat penganutnya
i)
Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan
penghayatan masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat
lain.[12]
Menurut Profesor Charles Adams, seorang ilmuwan, pendeta
agama Kristen Protestan (1971) mengatakan bahwa, kitab suci yang masih asli
memuat wahyu Tuhan hanyalah Al-Qur’an.[13]
- Pengertian Agama Islam
Agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dengan agama inilah Allah menutup agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan
agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama islam ini pula Allah menyempurnakan
nikmat atas mereka.[14]
Agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
s.a.w. dari Allah SWT. dan dipelihara serta difahamkan dengan rapid an teliti
oleh para sahabatnya dan orang-orang pada jaman sahabat itu.[15]
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad .
Dengan Islam, Allah mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para
hambanya. Dengan Islam pula, Allah menyempurnakan kenikmatanNya, dan meridlai
Islam sebagai dinnya. Oleh karena itu tidak ada lain yang patut diterima selain
Islam.[16]
Islam (Arab: al-islām, الإسلام "berserah diri kepada Tuhan")
adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu
seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai
agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti
"penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal
dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan",
atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi
perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia
melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh
bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.[17]
Islam berasal dari kata Arab “Aslama-Yuslimu-Islaman” artinya,
tunduk, patuh, menyerahkan diri. Kata Islam juga diambil dari kata dasar salama
atau salima yang artinya selamat, sejahtera, tidak cacat, tidak tercela.
Dari akar kata salama itu juga terbentuk kata salamun, silmun
artinya damai patuh dan menyerahkan diri.[18]
Kata triliteral semitik 'S-L-M' menurunkan beberapa istilah
terpenting dalam pemahaman mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim.
Kesemuanya berakar dari kata Salam yang berarti kedamaian. Kata Islam lebih
spesifik lagi didapat dari bahasa Arab Aslama, yang bermakna "untuk
menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam pengertian yang lebih jauh
kepada Tuhan.[19]
Untuk mempermudah pembahasan, maka arti dari kata Islam yaitu
kata aslama, silmun, sulamun, salam
sebagai berikut;
a.
Aslama yang artinya menyerah, berserah diri,
tunduk, patuh, dan masuk Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut
berarti agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat
kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah: 112, surat
Ali Imron: 20 dan 83, surat an-Nisa: 125 dan surat al-Anam: 14.
b.
Silmun yang artinya keselamatan dan perdamaian.
Dengan makna tersebut berarti Islam adalah agama yang mengajarkan hidup damai,
tentram, dan selamat. Kata silmun terdapat dalam al-quran surat
al-Baqarah; 208 dan surat
Muhammad: 35.
c.
Sulamun yang artinya tangga, sendi dan
kendaraan. Dengan arti tersebut, islam berarti agama yang memuat peraturan yang
dapat mengangkat derajat kemanusiaan manusia dan mengantarkannya kepada
kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.
d.
Salam yang artinya selamat, aman sentosa, dan
sejahtera. Dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti aturan hidup
yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kata salam terdapat
dalam al-Quran Surat al-Anam :45, Surat al-Araf: 46 dan Surat an-Naml: 32.[20]
Dengan demikian secara bahasa, makna Islam dapat dirangkum
sebagai berserah diri kepada Allah SWT untuk tunduk dan taat kepada hukum-Nya
(aslama) sehingga dirinya siap untuk hidup damai dan menebar perdamaian dalam
masyarakat (silmun) dalam rangka untuk menaiki tangga atau kendaraan kemuliaan
(sulamun) yang akan membawanya kepada kehidupan sejahtera dunia dan akhirat
(salamun).
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata
Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah
diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri,
bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah
dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan
tunduk kepada Allah.
Islam menurut Prof. Dr. Harun Nasution:
“Islam adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui
Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi menganal berbagai segi dari
kehidupan manusia.[21]
Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan:
“Bahwa Islam
adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan
kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama Islam
selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh
Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan pula pada segala
sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah.[22]
Di kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan
dengan istilah Muhammadanism dan Muhammedan.[23]
Peristilahan ini timbul karena pada umumnya agama di luar Islam namanya
disandarkan pada nama pendirinya. Di bangsa Media dan Persia misalnya ada agama
Zoroaster. Agama ini disandarkan pada nama pendirinya, Zarathustra seorang dari
suku Spitama (660-583 SM).[24]
Agama lainnya, misalnya agama Budha, agama ini dinisbahkan kepada tokoh
pendirinya, Sidharta Gautama Budha (560-480 SM).[25]
Demikian pula nama agama Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews)
yang berasal dari negara Juda (Judea) atau
Yahuda.[26] Dengan
demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada Tuhan, dan
penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya,
dan menghindari politheisme.
Sedangkan kata agama, menurut bahasa Al-Qur’an banyak
digunakan kata din, istilah lainya juga digunkan adalah millah,
shalat. Din dalam bahasa Smit berarti Undang-undang atau hukum. Dalam
Al-Qur’an kata din mempunyai arti berbeda-beda:
a)
Din berarti “agama” dalam surat Al-fath: 28 disebutkan:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا.
“Dia-lah
yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi”.[27]
b)
Din berarti “kekuatan” dalam surat Luqman: 32 disebutkan:
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ
كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى
الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا كُلُّ خَتَّارٍ
كَفُورٍ.
“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh
jalan yang lurus. dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami hanyalah
penghianat yang tidak berterima kasih.[28]
c)
Din berarti “pembalasan hari Qiyamat” dalam surat Asy-Syu’araa: 82
disebutkan:
وَالَّذِي
أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ .
“Dan Yang sangat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".[29]
Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah sendiri,
dibeberapa ayat Al-Qur’an menyebutkannya sebagai berikut:
1.
Dalam Surat
Ali Imran : 19:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ.
“Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam.[30]
2.
Dalam Surat
Ali Imran : 85
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima
dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi”.[31]
3.
Dalam Surat Al-Ma’idah : 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu”.[32]
Jika kedua kata tersebut din dan islam bila
digabungkan menjadi Dinul Islam yang biasa juga dipakai istilah agama
islam. Menurut Abdullah Al-Masdoosi (cendekiawan muslim asal Pakistan)
mengatakan: menurut pandangan islam, agama adalah kaidah hidup yang diturunkan
kepada ummat manusia, sejak manusia digelar diatas buana ini, dan terbina dalam
bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang suci yang diwahyukan
Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir yakni Muhammad bin Abdillah sebagai
Rasulullah SAW., satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap
mengenai aspek hidup manusia baik spiritual maupun material.[33]
Jadi Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan dan diteruskan kepada seluruh umat manusia
yang mengandung ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan
mu’amalah (syariah) yang memnentukan proses berfikir, merasa dan berbuatdan
proses terbentuknya kata hati.
- Sejarah Agama Islam
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan
kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab
Saudi.
Nabi Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabi’ul
Awal Tahun Gajah bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.[34]
Ia dilahirkan di tengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam
kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia
masih berada di dalam kandungan. Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah
meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul
Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Muhammad kemudian
menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan
secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu
yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai
mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga
tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan
ajaran Islam secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian
menerima dan sebagian lainnya menentangnya.
Pada tahun 622 Masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke
Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah, peristiwa itu menjadi dasar acuan
permulaan perhitungan kalender Islam. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan
orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin
dari Mekkah), sehingga umat Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang
dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan.
Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan
Madinah.
Keunggulan diplomasi nabi Muhammad pada saat perjanjian
Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan. Banyak
penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam,
sehingga ketika penaklukan kota
Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat,
hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.
C. Peranan Pondok Pesantren dalam Penyebaran Agama Islam
Dalam
membicarakan masalah peranan Pondok Pesantren dalam penyebaran agama islam,
kiranya akan lebih baik ditinjau dahulu masalah
yang berkaitan dengan permasalahan umum yaitu tentang peranan Pondok
Pesantren dalam pembangunan masyarakat.
Pesantren
pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam
perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak
melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi
keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini
tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based
curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh
persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren
tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi
juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut
marut persoalan masyarakat di sekitarnya.
Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya
Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri
ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama
berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama
berurat akar di negeri ini, Pondok Pesantren diakui memiliki andil yang sangat
besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.
Banyak
pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang
rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih
tinggi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi
pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah. Organisasi
massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul
Ulama (NU). Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.[35]
Dasar pembangunan
nasional adalah pembangunan masnusia seutuhnya dan pembangunan selurh
masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila, dan Undang-Undang 45. Untuk
mewujudkan hal tersebut pemerintah bukan saja telah mempercayakan pada lembaga
pendidikan formal saja, melainkan juga telah mempercayakan pada lembaga non
formal, seperti pondok pesaantren. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam yang tua turut membina kerakter bangsa.
Menurut KH.
M. Yusuf Hasyim: Pondok Pesantren tidak sekedar mencetak individu pendakwah
yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, melainkan pesantren sebagai lembaga itu
sendirilah yang berperan sebagai pendakwah, dan bahkan telah menjadi prototipe
dakwah bil alhal bagi masyarakat.[36]
Di atas
penulis sebutkan, bahwa pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, da’wah
dan kemasyarakatan bahkan lembaga perjuangan. Kelebihan yang selama ini dimiliki pesantren tentunya
menjadi aspek pendukung yang kuat bagi kehidupan kultur pesantren hingga saat
ini.
Secara mendasar peranan Pondok Pesantren yang lebih
fungsional dan berpotensi antara lain sebagai berikut :
a)
Pusat kajian islam
Pada dasarnya Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama islam melalui
buku-buku klasik atau modern berbahasa arab. Dengan demikian secara tidak
lansung Pondok Pesantren telah
menjadikan posisinya sbagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalam
kata lain Pondok Pesantren berperan sebagai pusat kajian Islam.
b)
Pusat pengenbangan dakwah
Dakwah Islamiyah dapat diartikan sebagai penyebaran atau penyiaran ajaran
dan pengetahuan agama islam yang dilakukan secara islami, baik itu berupa
ajakan atau seruan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan maupun berupa uswah
hasanah (contoh yang baik).
Peranan Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan Dakwah Islamiyah
dapat dikategorikan kedalam tiga peranan pokok.
1)
Peranan Institusi/Kelembagaan.
Dakwah Islamiyah merupakan hal
pokok yang menjadi tugas Pondok Pesantren untuk dilkukan, karena pada mula
berdirinya suatu Pondok Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang dipakai
oleh para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan, Pondok Pesantren
menyelenggaran kegiatan pengajian atau tafaqquh fi al-din yang
dimaksudkan agar para santri mengerti dan paham secara integral tentang ajaran
dan pengetahuan agama islam.
2)
Peranan instrumental
Upaya penyebaran dan pengamalan ajaran agama islam selain dilembagakan
dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya memerlukan adanya sarana-sarana yang
menjadi media dalam upaya aplikasi tujuan tersebut. Dalam wacana inilah peranan
Pondok Pesantren sebagai sarana Dakwah Islamiyah tampak sangat berperan dan
kemudian melahirkan peranan lain Pondok Pesantren dalam Dakwah Islamiyah dan
sumber daya manusia.
3)
Peranan sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan Pondok Pesantren diupayakan pengembangan ketrampilan
para santri dalam rangka mencapai tujuan Pondok Pesantren termasuk dalam hal
ini tentunya Dakwah Islamiyah. Pondok
Pesantren dalam tataran ini berperan dalam menyediakan dan mempersiapkan
sumberdaya manusia yang terampil dan capble dalam pemenuhan Dakwah
Islamiyah.
Dalam melaksanakan Dakwah Islamiyah, ada
dua metode dakwah yang terkenal; dakwah bi al-lisan (lisan atau seruan)
dan dakwah fi al-hal (aksi).
1. Dakwah bi al-lisan
Dakwah Islamiyah yang
dilakukan Pondok Pesantren yang bersifat seruan atau ajakan secara lisan dapat
dipahami sebagai sebuah dakwah yang menyerukan kepada anggota masyarakat untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT senantiasa ada dan cukup
relevan dengan apa yang terjadi dewasa ini.
2. Dakwah fi al-hal
Dakwah yang dilakukan
dengan aksi atau pemberian contoh adalah salah satu metode dakwah yang efektif
dalam upaya mengajak ummat dan masyarakat untuk berbuat kebaikan dan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
c)
Pusat pelayanan beragama dan moral
Pelayan kehidupan beragama di Indonesia tidak menjadi tanggung
jawab pemerintah saja. Namun keterlibatan masyarakat cukup signifikan dalam
upaya membantu pemerintah dalam pelayanan beragama ini. Pondok Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang
mengakar pada masyarakat tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengupayakan pelayanan kehidupan beragama dan sebagai benteng ummat dalam
bidang akhlak.
d)
Pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah islamiayah
Selain dari bentuk ajakan atau seruan atau pemberian contoh untuk berbuat
baik, dakwah islamiyah yang diselenggarakan oleh Pondok
Pesantren dapat bermacam-macam bentuknya meskipun dikategorikan sebagai dakwah
bi al-hal. Kegiatan ini bahkan lebih efektif dan berpotensi jika
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren.[37]
Demikian
juga, pedoman penyebaran dan pengembangan islam mempunyai tiga bagian;
1. Orang menyeru atau mengajak orang
lain kejalan islam dengan “hikmah”
2. Menyampaikan dengan tutur bahasa
yang baik (mauidhotul hasanah).
3. Manakala harus terjdi adu
argumentasi atau berdebat dengan cara yang baik pula.[38]
Dengan demikian
Pondok Pesantren telah memberikan keikhlasan sendiri dalam penyelenggaraan
kegiatan dengan mentransformasikan dirinya sebagai pusat pengembangan
solidaritas dan ukhuwah islamiyah.
[1]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 5-6
[2] Drs.
H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 13
[3]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 6
[4]
Drs. H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 14
[5]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 6
[6]
Drs. H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 14
[7]
Ibid. hal. 14
[8]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 7
[9]
Drs. H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 14
[10]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 7-8
[11]
Drs. H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 21
[12]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 8-9
[13]
Ibid. hal 9-10
[14]
Ibid. hal 15
[15]
Drs. H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 157
[18]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 15
[19] http://id.wikipedia.org/wiki/Islam
diakses tanggal 28 Oktober 2012
[20] http://ummgl.blogdetik.com/2010/05/06/pengertian-islam-menurut-bahasa/
diakses pada tanggal 27 Oktober 2012
[21] http://www.berryhs.com/2011/10/pengertian-dan-makna-islam.html
diakses pada tanggal 27 Oktober 2012
[22]
Ibid
[23]
Ibid
[24]
Drs. H. Abu Ahmadi, Sejarah Agama, (CV. Ramadhani, Solo, 1986) 43
[25]
Ibid hal. 99
[26]
Ibid hal. 110-111
[27]
Mushaf Al-Quran Terjemah, (Al-Huda, 2005) 515
[28] Ibid
hal. 415
[29]
Ibid hal. 371
[30]
Ibid hal. 53
[31]
Ibid hal. 62
[32]
Ibid hal. 108
[33]
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, M.FIL.I, Pengantar Studi Islam,
(Kopertais IV Press, Surabaya,
2010) 16
[34]
Drs. Muhajir, Sejarah 25 Nabi dan Rasul, (S.A. Alaydrus, Jakarta, tt) 119
[35] http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren
diakses pada tanggal 21 Oktober 2012
[36]
M. Dian Nafi’, Abd A’la, Hindun Anisah, Abdul Aziz dan Abdul Muhaimin, Praksis
Pembelajaran Pesantren, (Insite For Training and Defelopment (ITD) Amherst,
MA, Forum Pesantren, Yayasan selasih. Yogyakarta.
2007) 62
[37] Pola
Pengembangan Pondok Pesantren, DT.II.II (Departemen Agama RI, Jakarta, 2003) 82-98
[38]
H. A. Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, (LP3NI, Jakarta,
1998) 191
agamaku , agama yang menyerukan perdamaian dan indah. agamaku islam
BalasHapus