Sabtu, 19 April 2014

Ratusan Pemuda Afghanistan Akan Belajar di Ponpes dan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama

Ratusan pemuda Afganistan menimba ilmu di pondok pesantren dan perguruan tinggi di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Pemerintah mereka ingin memiliki kader bangsa yang bukan saja matang dalam menguasai ilmu pengetahuan akan tetapi juga memiliki akhlak yang mulia, yang selama ini ditanamkan pada kedua lembaga pendidikan tersebut.

Wakil Ketua Umum PBNU yang juga Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) As’ad Said Ali mengatakan hal itu pada Wisuda Sarjana Institut Agama Islam Ma’arif Nahdlatul Ulama (IAIM-NU) Metro, kemarin. Acara diikuti 577 sarjana, 44 dari Jurusan Syariah dan 533 dari Jurusan Tarbiyah.
Menurut dia, kebijakan itu dilakukan setelah Presiden Hamid Karzai berkunjung ke Museum NU di Surabaya. “Mereka kita tunjukkan surat balasan Raja Arab Saudi yang semula melarang kemudian membolehkan bermazhab dalam Islam,” ujar As’ad. Pemimpin itu, tersadar bahwa penghapusan mazhab seperti digagas Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslim, belum mampu mendirikan negara.
Berbeda dengan para ulama mazhab di Indonesia yang mampu menyatukan berbagai perbedaan. Lebih lagi, ketika diajak ke salah pondok pesantren dan kedatangannya disambut 2000-an santri yang begitu menghormatinya. “Katanya, saya sudah berkunjung ke 23 negara. Saya belum pernah melihat murid dengan akhlak seperti ini,” jelas As’ad mengutip ucapan Hamid Karzai.
Karena itu, dia berpesan kepada para wisudawan untuk senantiasa mengedepankan akhlakul karimah dibanding ilmu, dalam setiap aspek kehidupannya. Bukan malah sebaliknya. Sebab, selain Afganistan, banyak negara Islam lain yang mengirim para pemudanya untuk belajar membangun akhlak kepada NU.
Sementara itu, Hengki Irawan dari Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) berhasil menjadi wisudawan terbaik dengan IPK 3,81. Terbaik kedua diraih Qomaruddin dari juga dari PAI (3,80), sedang terbaik ketiga diraih Septi Wulandari dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Indra Buana dari Prodi Pendidikan Guru MI (PGMI), yakni 3,74.
Yusuf Afriandi tercatat sebagai wisudawan tebaik dari Progrram Studi Ahwal Al-Syakshiyyah (AHS) dengan IPK 3,51, disusul Muhammad Hasan (3,51) dan Feni Fitriani (3,43) sebagai terbaik kedua dan ketiga.
Muhmmad Rizal juga berhasil menjadi wisudawan terbaik dari Prodi Perbankan Syariah (PBS) dengan IPK 3,66, disusul Dedi Kurnanto dan Edi Pranoto sebagai terbaik berikutnya dengan IPK 3,64 dan 3,63. Sedangkan dari D3 PBS predikat terbaik diraih Septi Wulandari dengan IPK 4,74, sedangkan terbaik kedua dan ketiga diraih Tri Wahyono(3,69) dan Dadang Kristianto (3,65).
Wisudawan terbaik Prodi PAI direbut Hengki Irawan (3,81), Qomaruddin (3,80) dan Imam Asyrofi (2,69) sebagai terbaik berikutnya. Pada Prodi PBI, Nurjanah berhasil menjadi terbaik pertama (3,70), sedangkan Endang Yosiana S (3,64), dan Martono (3,62) pada giliran berikutnya.
Pada Prodi Pendidikan Matematika, Ranta Ulfasari tercatat sebagai yang terbaik (3,58), sedangkan Sunarti dan Nur Fata Tamamudin sebagai terbaik kedua (3,56) dan ketiga (3,55). Indra Buana berhasil menjadi yang terbaik Prodi PGMI dengan IPK 3,74, disusul Lisa Listiana (3,66) dan Gumalawati (3,65) sebagai terbaik kedua dan ketiga.
Selain itu, Darman dari Prodi PAI juga tercatat sebagai wisudawan tertua dengan usia 54 tahun 11 bulan. Sebaliknya wisudawan termuda diraih Asti Wijayanti dari Prodi PGMI dengan usia 21 tahun enam bulan. (Lampost.co)
Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top