Minggu, 17 November 2013

DASAR ONTOLOGI ILMU

Gedung Yappruk
Oleh Ustadz Ahmad Khoiruddin
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Secara spintas lalu, jika kita mengamati tantang dunia maka kita akan baranggapan bahwa dunia ini sangat nyata, ternyata jika kita mau mengamati secara sungguh-sungguh, dan mau mengungkap takbir kenyataan ini kita menemukan pendapat  bahwa dunia ini menimbulkan berbagai spikulasi filsafati tantang hakikatnya.


Seperti halnya para filosofis terdahulu yang memikirkan hakikat tentang dunia, ternyata pendapat mereka berbeda-beda mengenai anggapan dunia ini. Salah satu contoh filosofis terdahulu yaitu Fahuddin Atardalam sajak Taufiq Ismail[1], tak henti-hentinya terpesona menatap dunia: menjangkau jauh jauh kedalamnya: apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Ternyata dia beranggapan bahwa dunia ini ibarat sebuah peti yang besar yang tertutup atasnyadan kita terkurung didalamnya, kitaberjalan didalamnya, kita bermenung didalamnya.[2]

B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Dasar Ilmu yang mempelajari wujud secara umum ( ONTOLOGI )
2.      Alat untuk mengetau tentang ONTOLOGI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DASAR ONTOLOGI
Tokoh yang membuat istilah ontologi populer adalah Chistian Wolf (1679-1714). Menyatakan bahwa ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu: ta onta berarti “yang berada”, dan logi yang berarti ilmu pengetauan; ajaran[3]. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa ONTOLOGI yaitu ilmu pengetauan atau ajaran tentang yang berada ( ilmu yang mempelajari wujud keberadaan secara umum).
Di dalam ontologi terdapat beberapa aliran yang penting yaitu:
1.  Dualisme yang memandang alam ini terjadi dari dua macam hakikat sebagai sumbernya.
2.  Monisme (materialisme) memandang bahwa sumber yang asal itu hanya tunggal.
3.  Idealisme memandang segala sesuatu serba-cita atau serba roh.

1. Dualisme
            Faham dualisme telah lama muncul dikalangan filosof. Pemikiran serba dualisme bisa dilihat dari pemikirannya Aristoteles yang disebutnya sebagai materi dan bentuk. Di dalam dunia inilah kita menghadapi pengertian-pengertian tentang “yang ada sebagai potensi” dan “ada secara wujud”.Menurut Aristoteles keduanya itu adalah sebutan yang melambangkan materi dan bentuk.
            Materi dalam arti mutlak adalah asas atau lapisan bawah tanah yang paling akhir dan umum. Tiap benda yang dapat diamati disusun dari padanya. Oleh karena itu meteri perlu mutlak bagi pembentuk segala sesuatu. Materi pada dirinya, artinya: lepas dari pada bentuk, tidak memiliki kenyataan, bukan hal yang berarti berdiri sendiri. Sekalipun demikian meteri bukan hal yang “tidak ada” sama sekali. Materi adalah kenyataan yang belum terwujud, yang belum ditentukan, akan tetapi memiliki potensi, bakat untuk menjadi terwujud atau menjadi ditentukan oleh bentuk. Padanya ada kemungkinan untuk menjadi nyata, oleh kekuatan yang membentuknya. Di lain pihak, bentuk yang dapat menjadikan materi menjadi nyata, bukanlah pola yang kekal dari segala hal yang nyata, bukan hanya idea, seperti yang diajarkan plato akan tetapi sekaligus juga menjadi tujuan yang akan dicapai materi, dan kekuatan yang menjadikan materi yang belum terbentuk menjadi nyata.
            Demikianlah materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan. Materi tidak dapat berada tanpa bentuk, sebaliknya bentuk tidak dapat berada tanpa materi. Tiap benda yang dapat diamati disusun dari bentuk dan materi. Materinya adalah rangkuman segala sesuatu yang belum ditentukan ada yang belum terwujud, sedangkan bentuknya memberi kesatuan pada itu.[4]
2. Monisme
Faham yang memandang bahwa sumber yang asal itu hanya tunggal. Salah satu tokohnya yaitu Demokritos (460-360) sebelum masei memandang bahwa hakekat alam ini adalah  atom-atom. Ia membandingkan gerak atom dengan yang dapat dilihat, yaitu apabila sinar matahari memasuki kamar yang gelap maka akan tampak debu yang halus bergerak ke segala penjuru kamar.
Menurut Demokritos tampak jelas hakikat alam ini merupakan atom-atom yang benyak jumlahnya tak dapat dihitung dan amat halusnya.Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapat Monisme ( materialisme ) yang lebih jelas.
Ajaran-ajaran materialisme dari demokritos itu dapat dikemukakan dalam dalil-dalil sebagai berikut :
  1. Tidak ada suatu peristiwa pun yang terjadi dengan kebetulan. Semua terjadi dari satu dasar dan dengan kepastian.
  2. Tidak ada yang lain dalam dunia ini kecuali atom-atom dan ruang yang kosong.
  3. Atom-atom itu tak terhitung jumlahnya dan bentuknya berbeda-beda.
  4. Atom-atom yang lebih besar dengan melalui ruanga yang kosong itu menabrak atom-atom yang lebih kecil dan dengan itu pula terjadilah gerakan-gerakan terus-menerus yang mengembangkan kejadian dunia ini.
  5. Bangun dan rupa benda yang berbeda-beda dalam alam ini adalah disebabkan dari keadaan yang beraneka ragam dari atom-atom yang berbeda jumlahnya, besarnya,bentuknya, dan susunannya.
3. Idealisme
            Menurut faham ini semua serba cita atau pun serba roh. Aliran ini menganggap hakikatnya kenyataan yang beraneka ragam ini semua berasal dari roh atau sejenis dengan itu. Pokoknya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menepati ruang. Manurut  aggapan aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan rohani.
            Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah : manusia roh atau sukma itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari maetri bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
            Kalau dibandingkan dengan aliran materialisme ternyata, bahwa kalau aliran materialisme berusaha menerangkan hakikat dunia dengan melihat badanya, maka aliran idealisme berusaha menerangkan hakikat yang mengerakkan manusia itu selama hidupnya dan bagaimana geraknya itu sendiri sesudah mati.

B. ALAT-ALAT UNTUK MENGETAUI ONTOLOGI
            Menurut pandangan kami karena dilihat dari pengertian ontologi yaitu ilmu yang mempelajari wujud secara umum ( ilmu rasional ) maka alat-alatnya pun sama seperti halnya alat-alat ilmu pengetauan yaitu :
  1. Pengalaman Indra
  2. Nalar
  3. Otoritas
  4. Intuisi
  5. Wahyu
  6. Keyakinan.
1. Pengalaman Indra
            Orang sering merasa pengindraan merupakan alat yang paling fital dalam memperoleh pengetauan. Memang dalam hidup manusia tamapaknya mengangap bahwa pengindraan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala sesuatu obyek yang ada diluar diri manuasia. Karena terlalu menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut `realisme`.Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketaui adalah hanya kenyataan.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetauan yang berupa alat-alat untuk menegaskan obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kesalahan akan terjadi bila ada ketidak normalan diantara alat-alat itu.
2. Nalar
            Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetauan baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tentang asas-asas pemikiran berikut:
  1. asas kesamaan yaitu sesuatu mesti sama dengan dirinya sendiri( A=A )
  2. asas pertentangan yaitu bial terdapat dua pendapat yang bertentangan tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau denga  kata lain pada subyek yang sama tidak mungkin dua predikat yang bertentangan pada satu waktu.
3. Otoritas
            Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetauan, karena kelompoknya memiliki pengetauan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetauannya. Pengetauan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu.
            Jadi sebagai kesimpulan bahwa pengetauan yang terjadi karena adanya otorita adalah pengetauan yang terjadi melaluiwibawa seseorang sehinggaorang lain mempunyai pengetauan.
4. Intuiusi
Intuisi adalah kemempuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus maupun untuk membuat pernyataan yang berupa pengatauan. Pengetauan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan, karena pengetauan ini muncul tanpa adanya pengetauan labih dahulu. Dengan demikian sesungguhnya peran intuisi sebagai sumber pengetauan merupakan suatu kemampuan yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang berupa pengetauan.

5. Wahyu
            Wahyu adalah berita yang disampaikan Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mengetaui pengetuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetauan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pangetauan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

6. Keyakianan
            Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetauan yang berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untu dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakan adalah kepercayaan. Perbedaannya barang kali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapaun keyakinan melulu pada kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan dari kepercayaan. Karean kepercayaan itu bersifat dinamis mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Adapun keyakinan itu sangat statis kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat da cocok untuk kepercayaannya.
BAB III
KESIMPULAN

Setelah membahas secara mendalam, maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1.      Jika kita ingin mempelajari wujud secara umum kita harus mendalami dasar-dasar otologi secara mendalam lewat pemikiran para filosofis, lewat cara merenungi ciptaan Allah yang berupa alam, dan apa hakikat dari perkara yang wujud atau ada.
2.      Kita bisa mempelajari ilmu ontologi jikalau kita mau mengunakan alat-alat yang baik dan semaksimal mungkin. Adapun alat-alatnya antara lain yang telah kami sebutkan diatas yaitu pengalaman indra, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan.

DAFTAR PUSAKA
1.      Sudarsono, Ilmu fisafat suatu penghantar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
2.      Surajiyo, Fisafat Ilmu dan Perkembangannya, Jakarta: Bumi Aksara 2007
3.      Gazalba Sidi, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang 1981
4.      Suriasumantri Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Penghantar Populer, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan 2001
5.      Bakri Hasbullah, Sistematika Filsafat, Jakarta: bulan Bintang 2001


[1] Taufiq ismail membaca puisi. Taman ismail marzuki, 30-31 januari 1980. hlm 23
[2] S. Suriasmantri jujun. Fisafat umum sebuah penghantar populer. Jakarta 2001. hlm 63
[3] Drs. Sudarsono, Rineka cipta. 2001. hlm 118
[4] Ibid. Op.Cit; h;49-50.
Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top