Oleh Ustadz Ahmad Khoiruddin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara spintas lalu, jika kita mengamati tantang dunia
maka kita akan baranggapan bahwa dunia ini sangat nyata, ternyata jika kita mau
mengamati secara sungguh-sungguh, dan mau mengungkap takbir kenyataan ini kita
menemukan pendapat bahwa dunia ini
menimbulkan berbagai spikulasi filsafati tantang hakikatnya.
Seperti halnya para filosofis terdahulu yang
memikirkan hakikat tentang dunia, ternyata pendapat mereka berbeda-beda
mengenai anggapan dunia ini. Salah satu contoh filosofis terdahulu yaitu Fahuddin
Atardalam sajak Taufiq Ismail[1],
tak henti-hentinya terpesona menatap dunia: menjangkau jauh jauh kedalamnya: apakah
hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Ternyata dia beranggapan bahwa
dunia ini ibarat sebuah peti yang besar yang tertutup atasnyadan kita terkurung
didalamnya, kitaberjalan didalamnya, kita bermenung didalamnya.[2]
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Dasar Ilmu yang mempelajari wujud secara umum (
ONTOLOGI )
2. Alat untuk mengetau tentang ONTOLOGI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR ONTOLOGI
Tokoh yang membuat istilah ontologi populer adalah Chistian Wolf (1679-1714).
Menyatakan bahwa ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu: ta onta berarti
“yang berada”, dan logi yang berarti ilmu pengetauan; ajaran[3].
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa ONTOLOGI yaitu ilmu pengetauan atau ajaran
tentang yang berada ( ilmu yang mempelajari wujud keberadaan secara umum).
Di dalam ontologi terdapat beberapa aliran yang penting yaitu:
1. Dualisme yang memandang alam ini terjadi dari dua
macam hakikat sebagai sumbernya.
2. Monisme (materialisme) memandang bahwa sumber yang
asal itu hanya tunggal.
3. Idealisme memandang segala sesuatu serba-cita atau
serba roh.
1. Dualisme
Faham dualisme telah lama muncul
dikalangan filosof. Pemikiran serba dualisme bisa dilihat dari pemikirannya Aristoteles
yang disebutnya sebagai materi dan bentuk. Di dalam dunia inilah kita
menghadapi pengertian-pengertian tentang “yang ada sebagai potensi” dan “ada
secara wujud”.Menurut Aristoteles keduanya itu adalah sebutan yang melambangkan
materi dan bentuk.
Materi dalam arti mutlak adalah asas
atau lapisan bawah tanah yang paling akhir dan umum. Tiap benda yang dapat
diamati disusun dari padanya. Oleh karena itu meteri perlu mutlak bagi
pembentuk segala sesuatu. Materi pada dirinya, artinya: lepas dari pada bentuk,
tidak memiliki kenyataan, bukan hal yang berarti berdiri sendiri. Sekalipun
demikian meteri bukan hal yang “tidak ada” sama sekali. Materi adalah kenyataan
yang belum terwujud, yang belum ditentukan, akan tetapi memiliki potensi, bakat
untuk menjadi terwujud atau menjadi ditentukan oleh bentuk. Padanya ada
kemungkinan untuk menjadi nyata, oleh kekuatan yang membentuknya. Di lain
pihak, bentuk yang dapat menjadikan materi menjadi nyata, bukanlah pola yang kekal
dari segala hal yang nyata, bukan hanya idea, seperti yang diajarkan plato akan
tetapi sekaligus juga menjadi tujuan yang akan dicapai materi, dan kekuatan
yang menjadikan materi yang belum terbentuk menjadi nyata.
Demikianlah materi dan bentuk tidak
dapat dipisahkan. Materi tidak dapat berada tanpa bentuk, sebaliknya bentuk
tidak dapat berada tanpa materi. Tiap benda yang dapat diamati disusun dari
bentuk dan materi. Materinya adalah rangkuman segala sesuatu yang belum
ditentukan ada yang belum terwujud, sedangkan bentuknya memberi kesatuan pada
itu.[4]
2. Monisme
Faham yang memandang bahwa sumber yang asal itu hanya tunggal. Salah satu
tokohnya yaitu Demokritos (460-360) sebelum masei memandang bahwa hakekat alam
ini adalah atom-atom. Ia membandingkan
gerak atom dengan yang dapat dilihat, yaitu apabila sinar matahari memasuki
kamar yang gelap maka akan tampak debu yang halus bergerak ke segala penjuru
kamar.
Menurut Demokritos tampak jelas hakikat alam ini merupakan atom-atom
yang benyak jumlahnya tak dapat dihitung dan amat halusnya.Atom-atom itulah
yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak
pendapat Monisme ( materialisme ) yang lebih jelas.
Ajaran-ajaran materialisme dari demokritos itu dapat dikemukakan dalam dalil-dalil
sebagai berikut :
- Tidak ada suatu peristiwa pun yang terjadi dengan kebetulan. Semua terjadi dari satu dasar dan dengan kepastian.
- Tidak ada yang lain dalam dunia ini kecuali atom-atom dan ruang yang kosong.
- Atom-atom itu tak terhitung jumlahnya dan bentuknya berbeda-beda.
- Atom-atom yang lebih besar dengan melalui ruanga yang kosong itu menabrak atom-atom yang lebih kecil dan dengan itu pula terjadilah gerakan-gerakan terus-menerus yang mengembangkan kejadian dunia ini.
- Bangun dan rupa benda yang berbeda-beda dalam alam ini adalah disebabkan dari keadaan yang beraneka ragam dari atom-atom yang berbeda jumlahnya, besarnya,bentuknya, dan susunannya.
3. Idealisme
Menurut faham ini semua serba cita
atau pun serba roh. Aliran ini menganggap hakikatnya kenyataan yang beraneka
ragam ini semua berasal dari roh atau sejenis dengan itu. Pokoknya sesuatu yang
tidak berbentuk dan yang tidak menepati ruang. Manurut aggapan aliran ini materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan rohani.
Alasan yang terpenting dari aliran
ini adalah : manusia roh atau sukma itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya
dari maetri bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang
sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
Kalau dibandingkan dengan aliran
materialisme ternyata, bahwa kalau aliran materialisme berusaha menerangkan
hakikat dunia dengan melihat badanya, maka aliran idealisme berusaha
menerangkan hakikat yang mengerakkan manusia itu selama hidupnya dan bagaimana
geraknya itu sendiri sesudah mati.
B. ALAT-ALAT
UNTUK MENGETAUI ONTOLOGI
Menurut pandangan kami karena dilihat dari pengertian ontologi yaitu ilmu
yang mempelajari wujud secara umum ( ilmu rasional ) maka alat-alatnya pun sama
seperti halnya alat-alat ilmu pengetauan yaitu :
- Pengalaman Indra
- Nalar
- Otoritas
- Intuisi
- Wahyu
- Keyakinan.
1. Pengalaman
Indra
Orang sering merasa pengindraan
merupakan alat yang paling fital dalam memperoleh pengetauan. Memang dalam
hidup manusia tamapaknya mengangap bahwa pengindraan adalah satu-satunya alat untuk
menyerap segala sesuatu obyek yang ada diluar diri manuasia. Karena terlalu
menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut `realisme`.Realisme
adalah suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketaui adalah
hanya kenyataan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pengalaman indra merupakan sumber pengetauan yang berupa alat-alat untuk
menegaskan obyek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kesalahan akan
terjadi bila ada ketidak normalan diantara alat-alat itu.
2. Nalar
Nalar adalah salah satu corak
berfikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk
mendapat pengetauan baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini
adalah tentang asas-asas pemikiran berikut:
- asas kesamaan yaitu sesuatu mesti sama dengan dirinya sendiri( A=A )
- asas pertentangan yaitu bial terdapat dua pendapat yang bertentangan tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau denga kata lain pada subyek yang sama tidak mungkin dua predikat yang bertentangan pada satu waktu.
3. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetauan, karena
kelompoknya memiliki pengetauan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan
dalam pengetauannya. Pengetauan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya
tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya mempunyai kewibawaan
tertentu.
Jadi sebagai kesimpulan bahwa
pengetauan yang terjadi karena adanya otorita adalah pengetauan yang terjadi
melaluiwibawa seseorang sehinggaorang lain mempunyai pengetauan.
4. Intuiusi
Intuisi adalah kemempuan yang ada pada
diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau
stimulus maupun untuk membuat pernyataan yang berupa pengatauan. Pengetauan yang
diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui
kenyataan, karena pengetauan ini muncul tanpa adanya pengetauan labih dahulu.
Dengan demikian sesungguhnya peran intuisi sebagai sumber pengetauan merupakan
suatu kemampuan yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan
pertanyaan-pertanyaan yang berupa pengetauan.
5. Wahyu
Wahyu adalah
berita yang disampaikan Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita
mengetaui pengetuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang
disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetauan melalui wahyu secara
dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah
satu sumber pangetauan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan
kita.
6. Keyakianan
Keyakinan
adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetauan yang berupa wahyu dan
keyakinan ini sangat sukar untu dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan
bahwa alat lain yang dipergunakan adalah kepercayaan. Perbedaannya barang kali
jika keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan
yang berupa agama. Adapaun keyakinan melulu pada kemampuan kejiwaan manusia
yang merupakan pematangan dari kepercayaan. Karean kepercayaan itu bersifat
dinamis mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi. Adapun keyakinan
itu sangat statis kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat da cocok untuk
kepercayaannya.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah membahas secara mendalam, maka
kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1.
Jika kita ingin mempelajari wujud secara umum kita harus mendalami
dasar-dasar otologi secara mendalam lewat pemikiran para filosofis, lewat cara
merenungi ciptaan Allah yang berupa alam, dan apa hakikat dari perkara yang
wujud atau ada.
2.
Kita bisa mempelajari ilmu ontologi jikalau
kita mau mengunakan alat-alat yang baik dan semaksimal mungkin. Adapun
alat-alatnya antara lain yang telah kami sebutkan diatas yaitu pengalaman indra, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan
keyakinan.
DAFTAR PUSAKA
1.
Sudarsono, Ilmu fisafat suatu
penghantar, Jakarta :
Rineka Cipta, 2001
2.
Surajiyo, Fisafat Ilmu dan
Perkembangannya, Jakarta :
Bumi Aksara 2007
3.
Gazalba Sidi, Sistematika Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang
1981
4.
Suriasumantri Jujun, Filsafat Ilmu
Sebuah Penghantar Populer, Jakarta :Pustaka
Sinar Harapan 2001
5.
Bakri Hasbullah, Sistematika Filsafat, Jakarta : bulan Bintang
2001
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar