KATA PENGANTAR
Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam.
Dalam konteks pelestarian lingkungan, pemahaman ini sudah kita dengar sejak
lama. Bahkan, pelajaran ilmu alam seolah tidak henti hentinya mengajarkan bahwa
semua komponen ekosistem baik berwujud makhluk hidup maupun komponen alam
lainnya, merupakan sebuah kesatuan yang harus berjalan seimbang dan tidak boleh
timpang satu dengan yang lain. Namun dalam tataran aplikasinya, manusia harus
banyak mengkaji serta mempertanyakan efektivitas hasil dari upaya upaya yang
ada. Dan tentunya setelah semuanya disadari, manusia layak melakukan intropeksi
atas berbagai potret bencana yang terjadi di belahan bumi belakangan ini. Sudah
tepatkah mereka dalam melaksanakan amanat sebagai pengendali ekosistem alam?
Ataukah kerusakan demi kerusakan menjadi sebuah proses alami yang tidak mungkin
terkendali?.
Allah dalam Al Qur'an memfirmankan tentang dimensi alam semesta
dalam beberapa perspektif. Dalam QS. al-Hadid : 4
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ
مِنْهَ وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ
أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas
`Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepadanya.Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan
Dalam ayat ini Allah memaparkan bahwa secara
makro alam semesta terpusat pada dua tempat, langit dan bumi. Mungkin karena
selama ini akal manusia masih sangat naif untuk mampu menjangkau alam lain
selain keduanya. Hanya saja sunatullah dalam wacana alam menentukan situasi di
bumi sebagai obyek dominan, selain pembicaraan seputar alam akhirat. Dengan
sebab itulah, kalam al-Qur'an dalam bagian berikutnya mulai mengilustrasikan
kondisi bumi dan segala isinya dengan corak dan keberagaman yang ada. Tersebut
dalam QS. al-Baqarah :164
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ
بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ
وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Allah menggariskan takdirnya atas bumi, pertama
kalinya dengan memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi.
Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan segala kekayaan di dalamnya. Air
hujan yang menghidupkan bumi setelah masa masa keringnya. Belum cukup dengan
itu semua, Allah memperindah polesan kehidupan di muka bumi dengan menciptakan
hewan, tumbuhan, angin dan awan di angkasa, sebagai teman hidup manusia.
Setelah selesai dengan segala penciptaannya,
Allah hanya memberikan sebuah titipan amanat kepada manusia, dalam QS.
al-A'raaf : 56
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Dan janganlah
kalian membuat kerusakan di atas muka bumi Setelah Allah memperbaikinya
Setiap amanat semestinya harus dijaga. Setiap
titipan tentunya harus disampaikan. Akan tetapi manusia telah merusak dirinya
dengan kemaksiatan setelah Allah menancapkan tonggak syariat melalui panji
panji rasulnya. Manusia merusak bumi dan segala isinya setelah sekian banyak
nikmat telah Allah berikan kepada mereka. Kerusakan moralitas agama menjadi
awal mula sebelum kemudian ambisi duniawi menjadi penentu rusaknya tatanan
lingkungan di atas muka bumi ini.
Melalui buku ini akan dijelaskan bahwa krisis
lingkungan yang tengah terjadi sekarang ini tiada lain adalah akibat kesalahan
manusia dalam menanggapi dan memahami persoalan ekologinya. Kebanyakan bencana
yang terjadi, 90 persen merupakan akibat ulah manusia. Selebihnya merupakan
bencana yang diakibatkan oleh alam.
Sedangkan penataan ekosistem dan perilaku
manusia harus dilandasi dengan adanya empat pilar: tauhid, khilafah,
istishlah & halal haram.
-
Memahami tauhid berarti memberikan penghargaan setinggi tingginya kepada
makhluq ciptaan Nya. Dengan begitu manusia akan sadar dengan tanggung jawabnya
atas pemeliharaan lingkungan. Menyadari akan keberadaan makhluq ciptaan Nya dan
toleran kepada mereka. Memberlakukannya sesuai dengan garis garis yang telah
ditetapkan oleh Sang Pencipta.
-
Khilafah adalah
salah satu sarana strategis dalam penataan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Penyelenggaraan khilafah ini harus berlaku seadil adilnya, termasuk dalam
penegakan hukum dan penataan sumber daya alam.
-
Istishlah atau
mementingkan kemaslahatan umat merupakan salah satu syarat dalam pertimbangan
pemeliharaan lingkungan. Kepentingan ini harus berlangsung untuk hari ini, esok
dan masa mendatang. Shingga manusia tidak akan berlebihan di dalam mengkonsumsi
alam.
-
Halal haram berarti item item hukum yang akan mengendalikan perilaku
manusia agar tidak merusak tatanan teratur dalam ekosistem dan tata kehidupan
masyarakat.
Peran interaktif hidupan liar yang terdiri dari
tiga macam: interaksi yang saling menguntungkan, interaksi yang merugikan serta
hubungan yang satu diuntungkan dan yang lain tidak, merupakan peranan penting
dalam penyelenggaraan alam yang harmonis dan memelihara kelestarian ekosistem.
Oleh sebab itu manusia memiliki tanggung jawab yang tinggi atas pemeliharaan
kelangsungan hidupan liar, bahkan terhadap makhluq peliharaannya. Perwujudannya
harus dilandasi dengan akhlaq yang mulia, termasuk di antaranya pemberian hak hak
azazi mereka.
Sementara itu, hutan dan segala ekosistem yang
berada di dalamnya merupakan bagian dari komponen penentu kestabilan alam.
Keanekaragaman hayati menjadi kekayaan luar biasa yang sanggup memberikan
inspirasi bagi pecinta alam, tentunya bukan sebagai sarana hiburan semata,
namun demi memahami makna kekuasaan agung Sang Pencipta. Pepohonan di hutan
menjadi tumpuan sekaligus penahan resapan air dalam tanah, sehingga air tidak
mudah terlepas meluncur menjadi bencana banjir yang menyengsarakan manusia.
Hewan hewan melengkapi kekayaan hutan menjadi bermakna lebih. Suasana ini
seolah mengatakan kepada kita, bahwa di dunia ini bukan hanya manusia saja yang
menjadi makhluk Allah tapi masih ada hewan dan tumbuhan yang senantiasa hidup
dan tumbuh serasi dengan sunatullah yang telah digariskan.
Konsep pelestarian alam, walaupun sampai saat
ini masih mencari bentuk bentuk terapan yang tepat, namun strategi konservasi
alam haruslah bermakna pengawetan, pelestarian dan pemanfaatan yang
berkelanjutan.
Melalui prinsip-prinsip pengaturan sumber daya
alam hewani maupun nabati, kita dapat melakukan aplikasi lanjutan dalam
berbagai program pelestarian lingkungan, seperti halnya pembuatan cagar alam,
hutan lindung, maupun pencanangan suaka marga satwa. Semuanya ini merupakan
program yang sudah selaras dengan pandangan Islam tentang lingkungan. Dimana
Islam telah terbukti sangat peduli akan proses kelestarian lingkungan serta
berlaku tegas atas setiap pelanggaran yang akan merugikan orang banyak.
Hutan lindung dan cagar alam merupakan bentuk
kepedulian dalam melestarikan lingkungan dan menangani bencana lingkungan.
Bentang alam yang berbukit bukit dari hutan lindung serta banyaknya cekungan
tanah di dalamnya berfungsi sebagai tangki air dan penadah air hujan yang sangat
berguna bagi petani untuk mengairi sawahnya. Keanekaragaman jenis tanaman telah
membantu menyuburkan tanah pertanian sekitarnya melalui unsur hara yang datang
secara gratis bersama air sebagai pupuk alami. Di samping manfaat sebagai
pengatur iklim bagi pertanian dan ekosistem yang ada. Keanekaragaman tersebut
merupakan bank genetik (sifat asli) yang harus dilestarikan sebagai cadangan
kehidupan serta merupakan kekayaan tak ternilai bagi kehidupan masa kini dan
yang akan datang. Karena masih banyak jenis tanaman yang belum diketahui secara
khusus manfaat yang terkandung dan menjadi penting untuk diteliti sebagai bahan
obat, sumber pangan, papan dan lain-lain. Selain itu semua penelitian akan
menambah kecintaan terhadap lingkungan dan akan membangun generasi intelektual
yang paham dengan potensi alam serta tahu cara pengolahan yang lebih arif bagi
lingkungan dan masyarakat.
Suaka marga satwa berfungsi langsung
melestarikan dan melindungi berbagai jenis hewan sebagai kekayaan dan demi
kepentingan cadangan umat manusia di masa mendatang. Karena selain menjadi bank
genetik kekayaan hewan serta kelangsungan berbagai jenisnya merupakan jaminan
kelangsungan ekosistem di masa yang akan datang.
Taman Nasional menjadi proyek pemerintah dalam
melestarikan keanekaragaman hewani maupun nabati. Hutan lindung, cagar alam
serta suaka marga satwa akan bernilai lebih ketika dicoba untuk difungsikan
sebagai taman nasional. Selain merupakan sebuah bentuk kepedulian lingkungan
tentunya pendapatan akan dapat digunakan sebagai sarana finansial untuk
membiayai proyek pelestarian berikutnya.
Di dalam buku ini, program program perlindungan
alam yang telah ada dianalogikan dengan proses Hima yang telah
diterapkan oleh Rosululloh dan para Kholifah sesudahnya. Hanya saja proses hima
tidak secara spesifik mengarah pada kepentingan pemeliharaan alam dan
lingkungan.
Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak
bertindak secara berlebihan dalam segala hal dan menganjurkan untuk berlaku
sederhana, mengambil yang secukup kita butuhkan. Eksplorasi alam semestinya
juga harus dilandaskan pada prinsip ini. Sehingga putaran hidup makhluq Alloh
akan berjalan secara wajar, harmonis dan teratur.
Harapan kami, mudah mudahan buku ini akan
bermanfaat untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan dan alam. Akan menuntun
kita agar lebih memahami keberadaan dan kelangsungan hidup makhluq lain selain
makhluq yang disebut manusia.
Darul Azka a/n
KH. An'im Falahuddin Mahrus
Pengasuh Pond. Pest .
HM Lirboyo Kota Kediri
/ Ro's 'Am Lajnah Bahtsul Masa'il Pond. Pest .
Lirboyo
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar