Minggu, 15 Desember 2013

ISLAM DALAM FENOMENA LINGKUNGAN HIDUP 1

KATA PENGANTAR
Pemeliharaan lingkungan hidup merupakan penentu keseimbangan alam.
Dalam konteks pelestarian lingkungan, pemahaman ini sudah kita dengar sejak lama. Bahkan, pelajaran ilmu alam seolah tidak henti hentinya mengajarkan bahwa semua komponen ekosistem baik berwujud makhluk hidup maupun komponen alam lainnya, merupakan sebuah kesatuan yang harus berjalan seimbang dan tidak boleh timpang satu dengan yang lain. Namun dalam tataran aplikasinya, manusia harus banyak mengkaji serta mempertanyakan efektivitas hasil dari upaya upaya yang ada. Dan tentunya setelah semuanya disadari, manusia layak melakukan intropeksi atas berbagai potret bencana yang terjadi di belahan bumi belakangan ini. Sudah tepatkah mereka dalam melaksanakan amanat sebagai pengendali ekosistem alam? Ataukah kerusakan demi kerusakan menjadi sebuah proses alami yang tidak mungkin terkendali?.

Allah dalam Al Qur'an memfirmankan tentang dimensi alam semesta dalam beberapa perspektif. Dalam QS. al-Hadid : 4
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَ وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya  dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya.Dan Dia bersama kamu di mana  saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan
Dalam ayat ini Allah memaparkan bahwa secara makro alam semesta terpusat pada dua tempat, langit dan bumi. Mungkin karena selama ini akal manusia masih sangat naif untuk mampu menjangkau alam lain selain keduanya. Hanya saja sunatullah dalam wacana alam menentukan situasi di bumi sebagai obyek dominan, selain pembicaraan seputar alam akhirat. Dengan sebab itulah, kalam al-Qur'an dalam bagian berikutnya mulai mengilustrasikan kondisi bumi dan segala isinya dengan corak dan keberagaman yang ada. Tersebut dalam QS. al-Baqarah :164
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis  hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Allah menggariskan takdirnya atas bumi, pertama kalinya dengan memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi. Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan segala kekayaan di dalamnya. Air hujan yang menghidupkan bumi setelah masa masa keringnya. Belum cukup dengan itu semua, Allah memperindah polesan kehidupan di muka bumi dengan menciptakan hewan, tumbuhan, angin dan awan di angkasa, sebagai teman hidup manusia.
Setelah selesai dengan segala penciptaannya, Allah hanya memberikan sebuah titipan amanat kepada manusia, dalam QS. al-A'raaf : 56
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi Setelah Allah memperbaikinya
Setiap amanat semestinya harus dijaga. Setiap titipan tentunya harus disampaikan. Akan tetapi manusia telah merusak dirinya dengan kemaksiatan setelah Allah menancapkan tonggak syariat melalui panji panji rasulnya. Manusia merusak bumi dan segala isinya setelah sekian banyak nikmat telah Allah berikan kepada mereka. Kerusakan moralitas agama menjadi awal mula sebelum kemudian ambisi duniawi menjadi penentu rusaknya tatanan lingkungan di atas muka bumi ini.
Melalui buku ini akan dijelaskan bahwa krisis lingkungan yang tengah terjadi sekarang ini tiada lain adalah akibat kesalahan manusia dalam menanggapi dan memahami persoalan ekologinya. Kebanyakan bencana yang terjadi, 90 persen merupakan akibat ulah manusia. Selebihnya merupakan bencana yang diakibatkan oleh alam.
Sedangkan penataan ekosistem dan perilaku manusia harus dilandasi dengan adanya empat pilar: tauhid, khilafah, istishlah & halal haram.
-        Memahami tauhid berarti memberikan penghargaan setinggi tingginya kepada makhluq ciptaan Nya. Dengan begitu manusia akan sadar dengan tanggung jawabnya atas pemeliharaan lingkungan. Menyadari akan keberadaan makhluq ciptaan Nya dan toleran kepada mereka. Memberlakukannya sesuai dengan garis garis yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
-        Khilafah adalah salah satu sarana strategis dalam penataan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Penyelenggaraan khilafah ini harus berlaku seadil adilnya, termasuk dalam penegakan hukum dan penataan sumber daya alam.
-        Istishlah atau mementingkan kemaslahatan umat merupakan salah satu syarat dalam pertimbangan pemeliharaan lingkungan. Kepentingan ini harus berlangsung untuk hari ini, esok dan masa mendatang. Shingga manusia tidak akan berlebihan di dalam mengkonsumsi alam.
-        Halal haram berarti item item hukum yang akan mengendalikan perilaku manusia agar tidak merusak tatanan teratur dalam ekosistem dan tata kehidupan masyarakat.
Peran interaktif hidupan liar yang terdiri dari tiga macam: interaksi yang saling menguntungkan, interaksi yang merugikan serta hubungan yang satu diuntungkan dan yang lain tidak, merupakan peranan penting dalam penyelenggaraan alam yang harmonis dan memelihara kelestarian ekosistem. Oleh sebab itu manusia memiliki tanggung jawab yang tinggi atas pemeliharaan kelangsungan hidupan liar, bahkan terhadap makhluq peliharaannya. Perwujudannya harus dilandasi dengan akhlaq yang mulia, termasuk di antaranya pemberian hak hak azazi mereka.
Sementara itu, hutan dan segala ekosistem yang berada di dalamnya merupakan bagian dari komponen penentu kestabilan alam. Keanekaragaman hayati menjadi kekayaan luar biasa yang sanggup memberikan inspirasi bagi pecinta alam, tentunya bukan sebagai sarana hiburan semata, namun demi memahami makna kekuasaan agung Sang Pencipta. Pepohonan di hutan menjadi tumpuan sekaligus penahan resapan air dalam tanah, sehingga air tidak mudah terlepas meluncur menjadi bencana banjir yang menyengsarakan manusia. Hewan hewan melengkapi kekayaan hutan menjadi bermakna lebih. Suasana ini seolah mengatakan kepada kita, bahwa di dunia ini bukan hanya manusia saja yang menjadi makhluk Allah tapi masih ada hewan dan tumbuhan yang senantiasa hidup dan tumbuh serasi dengan sunatullah yang telah digariskan.
Konsep pelestarian alam, walaupun sampai saat ini masih mencari bentuk bentuk terapan yang tepat, namun strategi konservasi alam haruslah bermakna pengawetan, pelestarian dan pemanfaatan yang berkelanjutan.
Melalui prinsip-prinsip pengaturan sumber daya alam hewani maupun nabati, kita dapat melakukan aplikasi lanjutan dalam berbagai program pelestarian lingkungan, seperti halnya pembuatan cagar alam, hutan lindung, maupun pencanangan suaka marga satwa. Semuanya ini merupakan program yang sudah selaras dengan pandangan Islam tentang lingkungan. Dimana Islam telah terbukti sangat peduli akan proses kelestarian lingkungan serta berlaku tegas atas setiap pelanggaran yang akan merugikan orang banyak.
Hutan lindung dan cagar alam merupakan bentuk kepedulian dalam melestarikan lingkungan dan menangani bencana lingkungan. Bentang alam yang berbukit bukit dari hutan lindung serta banyaknya cekungan tanah di dalamnya berfungsi sebagai tangki air dan penadah air hujan yang sangat berguna bagi petani untuk mengairi sawahnya. Keanekaragaman jenis tanaman telah membantu menyuburkan tanah pertanian sekitarnya melalui unsur hara yang datang secara gratis bersama air sebagai pupuk alami. Di samping manfaat sebagai pengatur iklim bagi pertanian dan ekosistem yang ada. Keanekaragaman tersebut merupakan bank genetik (sifat asli) yang harus dilestarikan sebagai cadangan kehidupan serta merupakan kekayaan tak ternilai bagi kehidupan masa kini dan yang akan datang. Karena masih banyak jenis tanaman yang belum diketahui secara khusus manfaat yang terkandung dan menjadi penting untuk diteliti sebagai bahan obat, sumber pangan, papan dan lain-lain. Selain itu semua penelitian akan menambah kecintaan terhadap lingkungan dan akan membangun generasi intelektual yang paham dengan potensi alam serta tahu cara pengolahan yang lebih arif bagi lingkungan dan masyarakat.
Suaka marga satwa berfungsi langsung melestarikan dan melindungi berbagai jenis hewan sebagai kekayaan dan demi kepentingan cadangan umat manusia di masa mendatang. Karena selain menjadi bank genetik kekayaan hewan serta kelangsungan berbagai jenisnya merupakan jaminan kelangsungan ekosistem di masa yang akan datang.
Taman Nasional menjadi proyek pemerintah dalam melestarikan keanekaragaman hewani maupun nabati. Hutan lindung, cagar alam serta suaka marga satwa akan bernilai lebih ketika dicoba untuk difungsikan sebagai taman nasional. Selain merupakan sebuah bentuk kepedulian lingkungan tentunya pendapatan akan dapat digunakan sebagai sarana finansial untuk membiayai proyek pelestarian berikutnya.
Di dalam buku ini, program program perlindungan alam yang telah ada dianalogikan dengan proses Hima yang telah diterapkan oleh Rosululloh dan para Kholifah sesudahnya. Hanya saja proses hima tidak secara spesifik mengarah pada kepentingan pemeliharaan alam dan lingkungan.
Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak bertindak secara berlebihan dalam segala hal dan menganjurkan untuk berlaku sederhana, mengambil yang secukup kita butuhkan. Eksplorasi alam semestinya juga harus dilandaskan pada prinsip ini. Sehingga putaran hidup makhluq Alloh akan berjalan secara wajar, harmonis dan teratur.
Harapan kami, mudah mudahan buku ini akan bermanfaat untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan dan alam. Akan menuntun kita agar lebih memahami keberadaan dan kelangsungan hidup makhluq lain selain makhluq yang disebut manusia.

Darul Azka a/n
KH. An'im Falahuddin Mahrus
Pengasuh Pond. Pest. HM Lirboyo Kota Kediri / Ro's 'Am Lajnah Bahtsul Masa'il Pond. Pest. Lirboyo
Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top