Di Jilan,
ALLOH menumpahkan Rahmat dan Anugerah-Nya yang sangat luar biasa, tepatnya di
malam kelahiran Wali Agung Sang Penolong, ABDUL QODIR, pada waktu yang bersamaan dengan lahirnya Wali Agung,
lahir pula seribu seratus anak yang kesemuanya laki-laki, dengan berkah al-
Ghoitsi ( wali penolong ) nya, semua anak itu mendapat anugerah derajat
kewalian dari ALLOH.
Syaikh
Muhammad Isa Burhan meriwayatkan : Sesungguhnya setetes al-Nutfah
al-Ghoutsiyah ketika berpindah dari sumsum ayah beliau yang ahli ibadah dan
bersemayam dalam rahim sang Ibu yang suci, alam semesta bersinar terang sebab
kelahiran yang agung, maka karena menjaga pangkat yang luhur, ALLOH
mengeluarkan mayoritas Auliya’ –Nya dari sumsum ayah-ayah mereka, disemayamkan
pada rahim ibu-ibu dan dilahirkan dalam wujud agar meraka mengambil FAIDUL
BAROKAH ( Pancaran Barokah ) dari AL- KHUSUSIYYAH AL- GHOUTS ( Sifat kekhususan
Wali penolong ) ”.
“ Bayi yang
penuh dengan keajaiban dan keberkahan ”
Begitu banyak orang menyebutnya. Bagaimana tidak ?. Bayi yang dilahirkan
oleh seorang Ibu yang mulia, menurut ukuran normal sudah tidak memungkinkan
lagi unuk melahirkan seorang putra. Syarifah Fatimah sebenarnya sudah mencapai
usia monopause, sebab umur beliau sa’at melahirkan sudah mencapai 60 ( enam
puluh ) tahun. Keajaiban dari yang Maha Ajaib lagi Maha Kuasa yang pernah
dianugerahkan kepada Ibunda Nabi Yahya AS.
Tanda- tanda
sang Wali Penolong semakin tampak jelas seiring perjalanan sang waktu. Ada
suatu tanda yang sangat nyata, bahwasanya Abdul Qodir kelak akan menjadi
SULTONUL ‘AULIA’ adalah pada waktu Sang Wali penolong baru saja di lahirkan,
bertepatan bulan itu adalah bulan Romadlon, beliau tidak mau menyusu kepada
ibundanya pada siang hari, beliau baru mau meminum air susu ibundanya menunggu
sampai waktu berbuka puasa tiba. Dan tanda-tanda kewalian beliau lagi adalah,
di kedua pundaknya Sang Wali Penolong yaitu terlihat bekas telapak kaki beliau Rosululloh SAW.
Pada suatu kesempatan Syekh Qosim al-Sulaimaani berkata,” Sesungguhnya Al-
Ghouts Al- A’dhom ( Syekh Abdul
QodirAL-JILANI ) pernah bercerita,” Ketika Rosululloh SAW di-Mi’roj-kan pada
malam hari, ALLOH menghadapkan ruh-ruh para Nabi dan ruh-ruh para kekasih ALLOH
yang lain, dari berbagai Maqom (
tingkatan ) mereka untuk berziarah pada Rosululloh SAW. Ketika Rosululloh
mendekati ARSY yang agung. Beliau melihat ARSY yang sangat megah dan tinggi,
Rosululloh membutuhkan tangga untuk menaikinya, pada sa’at itu, ALLOH mengutus
ruh-ku untuk dijadikan tangga. Aku mendekat pada beliau Rosululloh, Aku
mempersiapkan bahuku untuk dijadikan tangga.
Ketika
Rosululloh akan meletakkan kaki beliau di atas kedua bahuku. Beliau bertanya
kepada ALLOH tentang aku. ALLOH mengilhamkan kepada Rosululloh SAW,” Ini adalah
anakmu !, namanya ABDUL QODIR, Seandainya AKU
tidak menutup NUBUWAH
( pangkat ke-Nabi-an ) padamu, maka, anakmu ini bisa mempunyai derajat
ke-Nabi-an setelahmu”. Rosululloh SAW bersyukur kepada ALLOH, dan seraya beliau
berkata kepedaku, ” Hai anakku engkau beruntung bisa melihatku dan merasakan
nikmatku, beruntunglah orang yang pernah melihatmu atau beruntunglah orang yang
bertemu dengan orang yang pernah melihatmu, sampai 27 urutan. Aku menjadikan
engkau PATIHku di dunia maupun di akhirat, dan aku letakkan
telapak kakiku di bahumu, sedangkan kedua telapak kakimu berada di bahu semua
‘Aulia’ dengan tanpa kesombongan, seandainya NUBUWAH ada setelahku, maka engkau
patut untuk mendapatkannya, namun tidak ada NABI setelahku”.
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar