Syaikh Abdul
Qadir dilahirkan di kota JILAN atau juga
dimanakan kota KAILAN, Sebuah kota kecil yang indah, tentram dan damai, penduduknya
sopan dan ramah terhadap tamu yang datang berkunjung ke kota itu. Kota yang terletak di tepian sungai Dajlah
yang airnya mengalir bening tanpa polusi. Kota
yang ada di tepi sungai Dajlah yang asri itu, pada awal bulan Romadlon
tahun 471 H,
mendapatkan anugerah yang sangat luar biasa yaitumenjadi tempat lahirnya sang jabang bayi yang kelak akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Bayi yang akan
mendapatkan gelar SULTONUL ‘AULIA. Sang
bayi lahir dari rahim seorang Ibu yang sederhana, Ibu yang sangat patuh pada
suami, Ibu yang sangat sabar dan sangat tekun beribadah. Ayah beliau adalah
sosok panutan masyarakat, Ayah yang sangat sayang dan bertanggung jawab
pada keluarga. Ayah dan Ibu Syaikh Abdul
Qodir itu merupakan salah satu keturunan Rosululloh. Ayah beliau bernama “
Syaikh ABU SHOLIH MUSA JANGKI DAUSAT”. Syaikh ABU SHOLIH itu merupakan salah
satu keturunan Rosululloh dari jalur Sayyid HASAN bin ALI bin ABI THOLIB RA.
Sedangkan Sang Ibu yang bernama Syarifah FATIMAH binti Sayyid ABDILLAH AL-SHOUMA’I AL-ZAHID
adalah keturunan Rosululloh dari jalur Sayyid HUSAIN bin ALI bin ABI THOLIB RA.
Kedua jalur nasab yang agung dan sangat sempurna untuk melahirkan bayi yang
mulia. Nasab yang bagaikan cahaya waktu Dhuha dan nasab bagaikan cemerlangnya
waktu fajar Shubuh, Nasab yang menjadi
muaranya segala keagungan, kemulya’an, keta’atan , kesucian dan keteladanan
yang bersinar di wajah Nabi ADAM AS. Saking agung dan sempurnanya sampai-sampai
para malaikat diperintah untuk sujud menghomatinya.
Pada malam
pertama bulan Romadlon yang mulia, lahirlah sang jabang bayi yang memancarkan aura
kewibawaan yang tak seorangpun mampu menatap langsung ke wajah mungil sang
bayi. Bayi yang dianugerahi wajah yang ganteng, imut, elok dan menggemaskan.
Bayi yang kelak akan dianugerahi perilaku ( akhlaq ) seperti perilaku ( Akhlaq
) sang Eyang, Rosululloh SAW. Ganteng dan cakep wajah sang bayi laksana Nabi
YUSUF AS. Sifat jujur dan kesungguhan dalam bertindak persis seperti Shohabat
ABU BAKAR AS-SIDDIQ RA. Keadilan dalam menegakkan hukum seperti adilnya
Shohabat UMAR bin KHOTTOB RA. Kebijaksanaan dalam bersikap sebijaksana Shohabat
UTSMAN bin AFWAN RA. Kecerdasan pikiran, daya tampung otak dan kekuatan
badannya mewarisi Shohabat ALI bin ABI THOLIB RA. Keberanian dan kekuatan
Shohabat HAIDAR bin ALI bin ABI THOLIB RA tampak jelas padanya.
Malam
itu, sebelum sang bayi lahir, sang ayah mimpi bertemu Rosululloh SAW, bersama
semua para Shohabat, para Imam al-Huda dan Wali-wali yang agung, Rosululloh
berkata,
“ Anakku, Abu Sholih ! ALLOH
akan memberikan anugerah anak kepadamu, anak ini adalah anakku, kekasihku dan
kekasih ALLOH, anak ini mempumyai derajat yang tinggi di antara Wali dan wali
Qutub, bagaikan derajatku di antara para Nabi dan Rosul.”.
Para Nabi dan
Rosul memberikan kabar gembira dalam tidurnya. Beliau berkata, ” Semua Waliyulloh akan tunduk pada
anakmu ini kecuali al-Aimmah al- Ma’sumin tunduk di bawah perintah
anakmu, mereka meletakkan telapak kaki anakmu di pundaknya, ketundukan dan
keta’atan mereka berimbas pada kenaikan derajatnya, siapapun yang berpaling dan
tidak tidak ta’at, maka akan jauh dari
anakmu, terperosok ke dalam jurang
menjadikan mereka semakin jauh dari al-HAQ.
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar