Sabtu, 15 Maret 2014

KH. Maimun Zubair Berkunjung ke Madrasah Quaraouiyine {Maroko}

Berkunjung ke Madrasah Quaraouiyine (baca qarawiyyin -red) menjadi salah satu agenda kunjungan KH. Maimun Zubair Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah selama di Maroko.

Madrasah Quaraouiyine adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di dunia. Didirikan pada tahun 245 / 857 M, oleh Fatimah Fihriyah, seorang wanita dari kota Kairouan, Tunisia.  Maka, nama Quaraouiyine pun diambil dari kata Kairouan ini.

Tempat pertama yang dikunjungi di komplek ini adalah Madrasah al-Shaffarin, madrasah ini sebenarnya merupakan kamar-kamar untuk santri-santri Jami' Quaraouiyine (Jami' berarti masjid –red). Dulu pernah ada santri dari Indonesia yang mondok di sini yaitu Ustad Amrul Qois dari Jakarta.

Di dalam salah satu kamar Madrasah al-Shaffarin ini terdapat mauqifnya Imam Jazuli di mana beliau gunakan untuk mengarang kitab shalawat Dalail al-Khoirat.
Kemudian tempat yang dikunjungi adalah gudang ilmu perpustakaan Quaraouiyine. Biasanya tempat ini dilarang untuk dijadikan tempat tourist, tapi dengan kharisma Mbah Kyai Maimun, serta keikutsertaan Ibu Dubes, pegawai perpustakaan pun mempersilahkan dengan ramah kunjungan rombongan ini.

Di perpustakaan Quaraouiyine ini kitab-kitab berjejeran di rak buku dengan tersusun rapi. Mbah Kyai pun sempat membuka-buka kitab dan membaca kitab yang dipilih hampir 15 menit di situ.

Kepala Perpustakaan mengatakan  bahwa perpustakaan Quaraouiyine memiliki 4.000 lebih manuscript yang di simpan di sini, dan kebanyakannya sudah di foto atau masuk dalam micro film untuk dibaca oleh para ahlinya.

Ketika adzan dhuhur menggema, rombongan segera masuk ke Jami' Quaraouiyine dan melakukan shalat dhuhur berjamaah karena pintu masjid hanya akan dibuka ketika waktu solat saja. Ketika selesai mereka akan menguncinya.

Setelah Mbah Kyai berdiri di shaf paling depan. Ketika itu, beliau bertanya kepada Muhammad Ayman, S.HI yang menjadi pemandu Mbah Kyai, mengapa orang-orang pada solat miring ke kiri?

"Dulu bangunan Masjid Quaraouiyine dibangun ketika belum tahu arah kiblat. akan tetapi setelah beberapa ratus tahun baru diketahui kesalahan tersebut. Oleh sebab itu mereka merubah arah kiblat akan tetapi bangunan tetap sama" Jawab Ayman, Mahasiswa Malaysia di Maroko yang pernah mengenyam ilmu di Pon-Pes Raudlatul 'Ulum, Kencong-Kepung-Kediri-Jawa Timur selama 13 tahun.

"Perkara ini langsung ditolak oleh KH Maimun Zubair. Beliau berkata itu tidak sepatutnya berlaku. Karena dalam 4 mazhab yang penting adalah dalail al-qiblat. Jadi, dengan menghadap arah timur sudah benar. Ini berbeda dengan mazhab Syiah menurut beliau" tutur Ayman mengutip penjelasan Romo Kyai.

"Perkara ini ditegur beliau karena isu perubahan kiblat masjid di Indonesia yang juga seperti di dalam film Sang Pencerah" lanjutnya.

Setelah itu Romo Kyai diperkenalkan dengan Imam Masjid Quaraouiyine. Dan melihat-lihat kursi di masjid yang bertingkat-tingkat menyerupai kursi khatib jumat di mana kursi tersebut adalah tempat duduk Syuyukh Quaraouiyine untuk mengajar. Jami' Quaraouiyine merupakan tempat menuntut ilmu seperti pesantren di Indonesia.

Setelah selesai berkunjung di komplek Jami' Quaraouiyine, Rombongan berangkat menuju ke Maqam Syeikh Tijani. Di sana langsung disambut oleh Pimpinan  Thoriqoh tersebut. Dan dilanjutkan dengan membaca tahlilan dan doa bersama.

Ketika sudah selesai, Rombongan yang disertai Ibu dubes Mahsusoh Ujiati dan Staf KBRI Pelaksana Fungsi Pensosbud Suparman Hasibuan,  berangkat menuju kendaraan untuk selanjutnya berangkat ke tempat tujuan terakhir di kota Fes yaitu Maqam Abu Bakar Ibnu al-Arabiy, pengarang Tafsir al-Ahkam al-Qur'an yang masyhur.(Ba)


Share this article

0 Tinggalkan jejak:

Posting Komentar

 
Copyright © 2017 RAUDLATUL ULUM KENCONG • All Rights Reserved.
back to top