Transkip ceramah KH. Marzuqi
Mustamar di PP Darul Muttaqien-Bolong Ngaditirto Selopampang Temanggung 09
Februari 2013
1.
Kulo
tak cerito sekedik, tak sebut mawon, “Gus Dur”. Njenengan setuju sa’karepmu ndak
setuju sa’karepmu.
Niki ceramahe Mbah Yai Maimoen Zubair pas acara 1.000 hari
Gus Dur teng Tebuireng. Kan
pas taseh sugeng Gus Dur iki ketoro mboten cocok kaleh Yai Maimoen Zubair. Niki
ternyata rahasia! Sepakatane wong loro niki. Sing cerita Mbah Yai Maimoen
piyambak, ceramah teng Tebuireng.
“Aku mantu entek jutaan, aku gak ngeto’ke
duit blas. Kabeh duite teko Gus Dur. Tapi ben wong-wong ora ruh lek sing mbantu
niku Gus Dur.”
Pun njeh, Njenengan tetep ketoro uswah kaleh
kulo mawon, “Ben wong-wong ra ruh amalku”. Opo kuat sampean ngono kuwi?
Sangking lek ndelikke amale ben ora konangan menungso.
Terjemah
bahasa Indonesia:
Saya akan bercerita sedikit, saya sebut saja
namanya, “Gus Dur”. Terserah Anda mau percaya atau tidak, ini ceramahnya Mbah
KH. Maimoen Zubair saat acara 1.000 hari Gus Dur di Tebuireng. Saat Gus Dur
masih hidup terlihat beliau tak pernah cocok dengan KH. Maimoen Zubair.
Ternyata ini rahasia! Kesepakatan mereka berdua.
Yang cerita Mbah KH. Maimoen Zubair sendiri
saat ceramah di Tebuireng: “Saya menikahkan anak habis jutaan rupiah. Saya
tak pernah mengeluarkan uang sepeser pun, semua uang itu dari Gus Dur. Tapi
dirahasiakan agar orang-orang tidak tahu bahwa yang membantunya adalah Gus Dur.”
Sudah, Anda tetap terlihat beruswah saja
dengan saya, yakni “Supaya orang-orang tidak tahu amalku.” Apa Anda kuat
seperti itu? Demi menyembunyikan amalnya agar tidak diketahui manusia.
2.
Teng
Malang, teng kulone Panjen (kidule Malang)
jenenge Jatikerto. Teng Jatikerto enten lare biasa, mboten ulama gede, umur
sekitar tigang doso (30) jenenge Agus. Niki Gus Dur tindak teng daleme titip
koper tigo, ora oleh dibuka lek Gus Dur durung mati.
Barang Gus Dur sedo koper dibuka isine duit
telung milyar, dikongkon mbagi teng gene yatim kaleh janda-janda miskin. Jian
lek ndelekke amal sampai ngono. Wis
kadang penampilan elek, kontroversi, ben dielok-elokne. Ben wong ora ngarani
kyai, ben wong ora ngarani wali. “Ora diarani wali ra pateken, ora diarani
kyai yo ra pateken.”
Tiap-tiap nyimpen amal ngono kuwi. Opo kuat?
Nopo kuat? Zaman modern iki lhoh jek ono wong ngono. Dan kerono wong gak ngerti
sejatine sing dilakoni nopo, akhire kathah tiang ngelok-ngelokno Gus Dur. Gus
Dur geh siap-siap mawon. Dan itu resiko, resiko wong ndelekne amale.
Terjemah
bahasa Indonesia:
Di Malang, sebelah barat Panjen ada daerah
namanya Jatikerto. Di Jatikerto ada orang biasa, bukan ulama besar, sekitar
berusia 30 tahun. Namanya Agus. Gus Dur pernah mendatangi rumahnya dan titip 3
koper. Koper itu tidak boleh dibuka sebelum Gus Dur wafat.
Ketika Gus Dur sudah wafat, koper itu pun
dibuka. Ternyata isinya uang sebanyak Rp. 3 Milyar. Dia disuruh membagikannya
kepada anak-anak yatim dan janda-janda miskin.
Sungguh, demi menyembunyikan amal sampai
sebegitunya. Terkadang penampilannya jelek, kontroversi, agar orang-orang
mencemoohnya, tidak menganggapnya kyai dan tidak menganggapnya wali. “Tidak
dianggap wali biarin, tidak dianggap kyai ya biarin.”
Setiap menyembunyikan amal seperti itu. Apa
Anda kuat? Apa mampu? Di zaman modern ini lhoh masih ada orang yang seperti
itu. Dan karena orang tidak tahu sejatinya apa yang dilakukan, akhirnya banyak
yang mencemooh Gus Dur. Gus Dur pun siap-siap saja. Dan itu resiko. Resiko bagi
orang yang menyembunyikan amalnya.
Sampean dadi pengurus pesantren, pengurus
takmir, nyumbange paling kathah, tapi ora tau laporan ning panitia, langsung
ning toko bangunan. Dadi ora ene wong sing ruh, panitia yo ra ruh. Akhire sampean
dielok-elokne: “Sampean iki ketua takmir, ra tau nyumbang blas!”
Meneng ae. “Sepurone, sepurone. Dungakno
ben aku ra cethil yo.”
Ra ene wong ruh, opo kuat? Kuat, ikhlas
ngoten niku? Teng zaman modern iki lhoh jek ono wong ngono kuwi.
Terjemah
bahasa Indonesia:
Anda semisal jadi pengurus pesantren,
pengurus takmir masjid, menyumbangnya paling banyak dan tidak pernah
dilaporkannya kepada panitia, tapi langsung ke took bangunan. Tak ada seorang
pun yang mengetahuinya. Akhirnya Anda dicemooh: “Anda ini ketua takmir, tapi
sama sekali tidak pernah menyumbang!”
Anda hanya diam saja, dan dengan rendah hati
berkata: “Mohon dimaafkan, mohon maafkan saya. Doakan supaya saya tidak
menjadi orang yang bakhil.”
Tidak ada seorang pun yang tahu, apa Anda
kuat? Bisa ikhlas seperti itu? Di zaman modern seperti ini lhoh masih ada orang
seperti itu.
Simak videonya di sini: Rahasia
Gus Dur dan Mbah Maimoen Zubaier
Dan berikut
ini adalah video lengkapnya, 1-5:
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar