Menurut penelitian, di otak laki-laki, ketika
melihat lekuk tubuh perempuan yang ramping dan seksi ternyata terjadi semacam
reaksi kimia yang efeknya serupa saat seseorang meminum minuman beralkohol atau
obat-obatan.
Untuk mengetahui pengaruh tubuh perempuan dengan
otak seorang laki-laki, Steven Platek, ilmuwan neuro yang meneliti evolusi
kognitif di Georgia Gwinnett College, Lawrenceville, Georgia, dan beberapa
peneliti lainnya mengundang 14 laki-laki dengan usia rata-rata 25 tahun untuk
melihat 7 pasang foto pinggul perempuan.
Melalui alat pemindaian, diketahui ketika melihat
foto pinggang perempuan, bagian otak yang teraktivasi adalah bagian yang juga
merespon ketika seseorang meminum alkohol dan obat-obatan. Hal ini tidak
terlalu mengejutkan betapa evolusi manusia kini sudah membuat bentuk tubuh
menarik perempuan menjadi hal yang mencandu.
Ironisnya, busana minimalis yang mempertontonkan
sebagian besar tubuh perempuan dan busana ketat yang memamerkan lekuk tubuhnya,
oleh mayoritas perempuan dianggap trend busana modern. Busana yang menutupi
tubuhnya secara utuh dan sempurna dianggap kolot, primitif dan kampungan.
Bukankah busana mimimalis budaya barat? Bangsa kita aneh, budaya sendiri
diabaikan dan melestarikan budaya orang lain. Tapi ketika budaya sendiri dakui
orang lain, bangsa kita berontak. Seperti kasus budaya busana batik yang sempat
diakui Negara Malasyia.
Sesungguhnya, perempuan berpakaian minimalis dan
ketat tidak ada tujuan lain kecuali ingin menunjukkan tubuhnya yang mulus,
putih dan seksi, tanpa memperhatikan situasi dan kondisi.
Betulkah untuk menunjukkan tubuh seksi harus
berpakain seperti itu? Tidak. Salah seorang karyawan swasta, Tedy Ardiansyah,
mengatakan, “Terlihat seksi tidak harus dengan memperlihatkan lekuk tubuh. Tapi
menampilkan kesan sopan dan menarik itu jauh lebih baik”.
“Perempuan berpakaian ketat memang kesannya seksi
tapi terkadang juga bikin risih. Apalagi jika tidak sesuai dengan kondisi atau
situasinya. Seksi tidak identik dengan memamerkan lekuk tubuh,” tambah Tedy.
Padahal, busana atau pakaian merupakan simbol
harga diri dan kehormatan seseorang. Jika tidak percaya, datanglah ke pasar
lalu copotlah pakaiannya di tengah-tengah keramaian. Tentu, harga diri orang
itu akan hilang seketika dan jika dia seorang yang terhormat maka kehormatan
itu akan tercopot pula.
“Jika perempuan ingin dihargai dan dihormati
sebaiknya hargai dulu diri sendiri. Jangan salahkan jika ada beberapa perempuan
yang berpakaian minim dan ketat digoda atau diganggu pria-pria di jalan. Dalam
berperilaku bukan hanya mengedepankan estetika (keindahan) tapi tetap beretika
dan dalam koridor aturan,” ungkap Hankam.
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar