Ratusan
pemuda Afganistan menimba ilmu di pondok pesantren dan perguruan tinggi
di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Pemerintah mereka ingin memiliki
kader bangsa yang bukan saja matang dalam menguasai ilmu pengetahuan
akan tetapi juga memiliki akhlak yang mulia, yang selama ini ditanamkan
pada kedua lembaga pendidikan tersebut.
Wakil Ketua Umum PBNU yang juga Wakil
Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) As’ad Said Ali mengatakan hal itu
pada Wisuda Sarjana Institut Agama Islam Ma’arif Nahdlatul Ulama
(IAIM-NU) Metro, kemarin. Acara diikuti 577 sarjana, 44 dari Jurusan
Syariah dan 533 dari Jurusan Tarbiyah.
Menurut dia, kebijakan itu dilakukan
setelah Presiden Hamid Karzai berkunjung ke Museum NU di Surabaya.
“Mereka kita tunjukkan surat balasan Raja Arab Saudi yang semula
melarang kemudian membolehkan bermazhab dalam Islam,” ujar As’ad.
Pemimpin itu, tersadar bahwa penghapusan mazhab seperti digagas Hizbut
Tahrir dan Ikhwanul Muslim, belum mampu mendirikan negara.
Berbeda dengan para ulama mazhab di
Indonesia yang mampu menyatukan berbagai perbedaan. Lebih lagi, ketika
diajak ke salah pondok pesantren dan kedatangannya disambut 2000-an
santri yang begitu menghormatinya. “Katanya, saya sudah berkunjung ke 23
negara. Saya belum pernah melihat murid dengan akhlak seperti ini,”
jelas As’ad mengutip ucapan Hamid Karzai.
Karena itu, dia berpesan kepada para
wisudawan untuk senantiasa mengedepankan akhlakul karimah dibanding
ilmu, dalam setiap aspek kehidupannya. Bukan malah sebaliknya. Sebab,
selain Afganistan, banyak negara Islam lain yang mengirim para pemudanya
untuk belajar membangun akhlak kepada NU.
Sementara itu, Hengki Irawan dari
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) berhasil menjadi wisudawan terbaik
dengan IPK 3,81. Terbaik kedua diraih Qomaruddin dari juga dari PAI
(3,80), sedang terbaik ketiga diraih Septi Wulandari dari Prodi
Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Indra Buana dari Prodi Pendidikan
Guru MI (PGMI), yakni 3,74.
Yusuf Afriandi tercatat sebagai
wisudawan tebaik dari Progrram Studi Ahwal Al-Syakshiyyah (AHS) dengan
IPK 3,51, disusul Muhammad Hasan (3,51) dan Feni Fitriani (3,43) sebagai
terbaik kedua dan ketiga.
Muhmmad Rizal juga berhasil menjadi
wisudawan terbaik dari Prodi Perbankan Syariah (PBS) dengan IPK 3,66,
disusul Dedi Kurnanto dan Edi Pranoto sebagai terbaik berikutnya dengan
IPK 3,64 dan 3,63. Sedangkan dari D3 PBS predikat terbaik diraih Septi
Wulandari dengan IPK 4,74, sedangkan terbaik kedua dan ketiga diraih Tri
Wahyono(3,69) dan Dadang Kristianto (3,65).
Wisudawan terbaik Prodi PAI direbut
Hengki Irawan (3,81), Qomaruddin (3,80) dan Imam Asyrofi (2,69) sebagai
terbaik berikutnya. Pada Prodi PBI, Nurjanah berhasil menjadi terbaik
pertama (3,70), sedangkan Endang Yosiana S (3,64), dan Martono (3,62)
pada giliran berikutnya.
Pada Prodi Pendidikan Matematika, Ranta
Ulfasari tercatat sebagai yang terbaik (3,58), sedangkan Sunarti dan Nur
Fata Tamamudin sebagai terbaik kedua (3,56) dan ketiga (3,55). Indra
Buana berhasil menjadi yang terbaik Prodi PGMI dengan IPK 3,74, disusul
Lisa Listiana (3,66) dan Gumalawati (3,65) sebagai terbaik kedua dan
ketiga.
Selain itu, Darman dari Prodi PAI juga
tercatat sebagai wisudawan tertua dengan usia 54 tahun 11 bulan.
Sebaliknya wisudawan termuda diraih Asti Wijayanti dari Prodi PGMI
dengan usia 21 tahun enam bulan. (Lampost.co)
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar