Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu
masjid. Kemudian Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau .
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan
dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan
manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata
manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.
Hingga dia sampai kepada Rasulullah , kemudian dia berdiri
di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat
yang mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?!
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas
wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir
meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan
diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar
wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita
yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di
dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau
melahirkannya.”
Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama
9 bulan, kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun
datang dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai
Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya,
maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara
hati beliau tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau
menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati?
Siapakah yang akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas
ibunya?
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika
engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”
Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui
anaknya, dan tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan,
seperti teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu
datang dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia
berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka
sucikanlah aku!”
Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang
bagaimanakah yang membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang,
yang demikian tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati
wanita tersebut dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah
Allah, keadilan langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini,
maka dia adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan
agar wanita tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita
itu dirajam, kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda
menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau
bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya
taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu
akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari
pengorbanan dirinya untuk Allah ?” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah.
Sesungguhnya itu adalah perasaan takut yang terus menerus berada pada diri
wanita mukminah tersebut saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia
menjawab jerat-jerat tersebut pada saat lemah. Ya, dia telah berbuat dosa, akan
tetapi dia
berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman,
dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan
tetapi telah berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia
bermaksiat kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba
Allah
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar