Metode Mukhafadhoh
Sebelum
membahas metode mukhfadhoh, perlu kami jelaskan mengenai metode itu
sendiri.
1. Pengertian Metode
a. Secara Etimologi
Metode
dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thoriqah yang berarti langkah-langkah strategis yang
diipersiapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. [ Ramayulis, TT, hlm:184]
Metode
mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam
membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
b. Secara Terminologi
Metode adalah cara –
cara menyajikan bahan-bahan pengajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. [Diktat perencanaan sistem Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, 2008, hlm:92].
Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat
cara, jalan dan tehnik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kopetensi
tertentu yang dirumuskan silabus mata pelajaran.
2. Ciri-ciri
Umum Metode yang Baik
Banyak macam metode yang
bisa dipilih guru dalam kegiatan mengajar, namun tidak semua metode dikatakan
baik dan tidak semua metode dikatakn jelek. Kebaikan metode terletak pada
ketepatan memilih sesuatu dengan tuntutan pembelajaran. Omar Muhammad al Toumi
mengatakan terdapat beberapa ciri-ciri dari sebuah metode baik untuk
pembelajan, yaitu :
1.
Berpadunya metode dari segi tujuan dan
alat dengan jiwa dan ajaran akhlak islami yang mulia
2.
Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki
daya sesuai dengan watak siswa dan materi
3.
Bersifat fungsional dalam menyatukan
teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis
4.
Tidak mereduksi materi bahkan sebaliknya
justru mengembangkan materi
5.
Memberikan keleluasaan pada siswa untuk
menyatakan pendapatnya
6. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang
tepat, terhormat dalam keseluruhanproses pembelajaran [Diktat perencanaan sistem Pengajaran Pendidikan
Agama Islam, 2008, hlm93].
3.
Prinsip-Prinsip Metode
Metode apapun yang dipilih dalam
kegiatan belajar mengajar hendaklah memperhatikan beberapa prinsip yang
mendasari urgensi, metode dalam proses belajar mengajar, yakni :
1.
Prinsip motivasi dan tujuan belajar.
Motivasi memiliki kekuatan dasyat dalam proses pembelajaran. Belajar tanpa
motivasi seperti badan tanpa jiwa atau laksana mobil tanpa bahan bakar.
2.
Prinsip kematangan dan perbedaan
individual. Belajar memiliki masa kepekaan masing-masing dan tiap anak memiliki
tempo kepekaan yang tidak sama.
3.
Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman
praktis. Belajar dengan memperhatikan peluang sebenar-benarnya bagi partisipasi
anak didik dan pengalaman langsung oleh anak jauh memiliki makna ketimbang
belajar verbalistik.
4.
Prinsip fungsional. Belajar merupakan
proses pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan berikutnya. Setiap
belajar bermanfaat bagi kehidupan berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak
lepas dari nilai manfaat, sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritik atau
praktis bagi kehidupan sehari-hari.
5. Prinsip
menggembirakan. Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa henti,
tentu seiring dengan kebutuhan dan tuntutan yang terus berkembang. Berkaitan dengan kepentingan belajar yang terus menerus, maka
metode mengajar jangan sampai memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran
belajar pada anak cepat berakhir. [Diktat
perencanaan sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
2008, hlm:94].
Selain prinsip diatas juga ada juga
ada prinsip lain seperti prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.
Metode tersebut harus memanfaatkan teori
kegiatan mandiri.
b.
Metode tersebut harus memanfaatkan hukum
pembelajaran.
c.
Metode tersebut harus berawal dari apa
yang sudah diketaui oleh peserta didik.
d.
Metode tersebut harus didasarkan atas
teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukankegiatan pembelajaran
ilmu.
e. Metode tersebut harus memperhatikan
pembedaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan
ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik. [
Ramayulis, TT, hlm:189].
4. Faktor-faktor
yang Mempengarui Pemilihan Metode
Pada
prisipnya, tidak satupun metode yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan
semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang stadi. Mengapa? Karena, setiap
metode pasti memiliki keungulan dan kelemahan masing-masing. Karena itu guru
tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode. Berikut beberapa
faktor yang mempengarui pemilihan dan penentuan metode antara lain :
1.
Tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan
adalah sasaran yang hendak dicapai dari setiap kegiatan belajar mengajar.
Setiap guru hendaknya memperhatikan tujuan pembelajaran. Karakteristik tujuan
yang akan dicapai sangat mempengarui penentu metode, sebab metode tunduk pada
tujuan, bukan sebaliknya.
2.
Materi pembelajaran
Materi
pembelajaran adalah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk
bisa mempelajari dan kuasai oleh peserta didik.
3.
Peserta didik
Peserta
didik sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik
minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan
harapan terhadap masa depannya.
4.
Situasi
Situasi
kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru
harus teliti dalam melihat situasi. Oleh karena itu, pada waktu tertentu guru
melakukan proses pembelajaran diluar kelas atau dialam terbuka.
5.
Fasilitas
Fasilitas
dapat mempengarui dan penentuan metode mengajar. Oleh karena itu, ketiadaan
fasilitas akan sangat mengganggupemilihan metode yang tepat.
6.
Guru
Setiap
orang mempunyai kepribadian, kebiasaan, dan pengalaman mengajar yang
berbeda-beda. Kompentensi mengajar biasanya dipengarui pula oleh latar belakang
pendidikan. Guru yang berlatar pendidikan biasanya lebih terampil dalam memilih
metode dan tepat dalam menerapkannya, sedangkan guru yang berlatar belakang
pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode, namun
sering mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Jadi untuk menjadi guru pada
intinya harus memiliki jiwa yang profesional. [Diktat
perencanaan sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, 2008, hlm:97].
0 Tinggalkan jejak:
Posting Komentar