Risalah Tokoh
Sufi HATIM AL-ASHAM Nama lengkapnya Abu Abdurrohman Hatim bin Alwan, terkenal
dengan nama laqob ( julukan ) Al-Asham, wafat pada tahun 237 H. / 751 M.
Beliau termasuk tokoh dan guru besar ( syaikh ) di tanah Khurasan, Beliau murid
dari yang Mulia Syaikh Syaqiq, disamping itu beliau juga guru dari Syaikh Ahmad
bin Khadrawaih. Syaikh Hatim dijuluki Al-Asham ( yang tuli ),
bukan karena
beliau benar-benar tuli, akan tetapi karena pernah suatu kali beliau berpura-pura
jadi orang yang tuli, dengan tujuan agar beliau bisa menjaga kehormatan dan
harga diri seseorang dihadapan beliau.
Al-Ustadz Abu Ali Ad-Daqqoq
rahimahuloh, bercerita, “ Ada seorang wanita
muda belia, lagi cantik rupa dan
mempunyai kedudukan yang tinggi ditengah-tengah masyarakatnya, wanita tersebut datang
untuk menemui Hatim , Ia bermaksud menanyakan sesuatu kepadanya.
Namun tidak disangka dan amat tidak diharapkan oleh wanita tersebut,
ditengah-tengah mengutarakan sesuatu yang ditanyakan kepada Hatim, wanita muda
tersebut tidak mampu lagi menahan
dorongan isi perut yang meronta dan menghendaki kebebasannya, dan akhirnya,
terpaksalah dia mengeluarkan suara dari dalam perutnya ( kentut) dengan penuh
penyesalan dan kekhawatiran atas kejadian tersebut, yang memenuhi pikiran
wanita tersebut adalah, akan dikemanakan wajahnya dan bagaimana kehormatan
dirinya apabila tuan rumah mendengar suara kentut yang tidak bersahabat
tersebut ?. bagaimana cara menutupi perasaan malu yang berkecamuk itu ?. yang
pasti wanita tersebut merasa serba salah, sehingga wanita tersebut salah
tingkah. Namun di tengah berkecamuknya pikiran wanita tersebut, Hatim tahu apa
yang terjadi dan yang ada di balik perasaan tamunya, beliau tidak menginginkan
tamunya bertambah malu karena pendengarannya terhadap kentut dia. Karena itu,
beliau berusaha mencoba menutupinya dengan berkata kepada sang tamunya
tersebut, “ Keraskan suaramu ! “, beliau berkata demikian karena berpura-pura
tuli, akibatnya, wanita tersebut wajahnya berubah berseri-seri dan nampak amat
gembira sehingga perasaan bersalah karena kentut yang tidak bersahabat tadi tentu tidak didengar oleh Sang Hatim,
tuan rumah, karena dia yakin bahwa tuan rumah adalah orang yang tuli.
semenjak saat itu beliau Hatim dijuluki dengan Al-Asham, Hatim yang tuli.
Bagaimanapun beliau adalah
seorang yang tinggi kedudukan, dan amat besar pengaruhnya di lingkungan
masyarakat kala itu, namun beliau mau merelakan sebuah kehormatan dirinya
terkorbankan, hanya untuk menjaga kehormatan dan harga diri orang lain, yang
semestinya kehormatan dirinya lebih dipertahankan dari pada mementingkan harga
diri orang lain.
Dalam kehidupan kesehariannya
Hatim Al-Asham selalu berusaha menjauhkan diri dari pengaruh musuh abadi
manusia, yaitu Syaitan, dan beliau bercerita bahwa merupakan rutinitas syaitan
setiap pagi datang, syaitan selalu mencercaku dengan pertanyaan yang sangat
menggoda, “ apa yang akan kamu makan ?, apa yang akan kamu pakai ?, dan
dimanakah kamu akan tinggal ?”. saya tidak ingin terhanyut oleh jebakan syaitan
tersebut, maka aku jawab pertanyaan tersebut dengan “ saya akan makan kematian
!, mengenakan kain kafan !, dan saya akan tinggal di liang kubur !”.
Pernah suatu hari beliau
ditanya, “ tidakkah engkau menginginkan sesuatu ? “, aku menjawab, “ saya ingin
selalu sehat, pagi hingga malam “, ditanyakan kembali, “ bukankah kamu seharian
sehat ?”, aku jawab “ sehat menurutku, tidak menjalankan dosa dari pagi hingga
malam hari “.
Beliau adalah seorang yang selalu menyerahkan segala-galanya
kepada kehendak Alloh Ta’ala, dan selalu mohon pertolongan hanya dari-Nya,
beliau pernah ditangkap oleh tentara Turki pada suatu pertempuran, dan beliau
ditelentangkan untuk dibunuh dengan disembelih, beliau tidak takut sama sekali
dengan sesuatu yang akan menimpanya, dan nasibnya di tangan tentara Turki
tersebut. Yang beliau tunggu hanyalah keputusan dari Alloh Ta’ala untuk beliau,
ketika sang prajurit itu menghunuskan pedangnya, untuk menyembelih beliau,
tiba-tiba meluncurlah anak panah yang tidak diketahui dari arah mana anak panah
itu datang. Dan syukurlah anak panah tersebut menembus dada tentara Turki
tersebut, sehingga dia terpental jauh dari beliau dan tersungkur mati.
Pesan penting yang pernah beliau sampaikan kepada
segenap pengikut dan para muridnya, “ Barangsiapa mengikuti langkah dan
kehidupanku, relakan datangnya empat hal kematian, : Mati putih, karena
lapar. Mati hitam, karena menanggung penderitaan dari manusia, Mati
merah, karena berbuat ketulusan untuk melawan hawa nafsu, dan Mati hijau
karena fitnah.
Pribadi yg luhur, yg sdh langka zaman sekarang. Tiap hr sy menambah ilmu, di share ke anak istri. Sy haji th.2007. Usia 66th. Trimakasih.
BalasHapus