Assalammualaikum wr.
wb
"Selamat malam ,sebelumnya saya minta Infonya : Apakah Pondok Pesantren ini bisa membantu Keadaan Adik Kami yang Selalu membuat Pusing Keluarga , Masalah yang ada di Adik Kami adalah Permasalahan Remaja Wanita. Sampai sdh Fatal Sekali yang menimpa Kami. Adik Kami sekarang *******************************,
Saya sebagai kakak Laki2 dari saudara kami Perempuan , dan Orang tua sdh bermusyawarah untuk mengatasi ini semua , Apakah Ada persantren yang bisa membantu membimbing Cobaan yang menimpa Adik Perempuan Kami .Sebelumnya Kami mengucapkan terimakasih dan Mohon Informasi barangkali Pondok Pesantren ini bisa menerima dan membimbing Adik Perempuan Kami yang sedang diberi Cobaan sama Allah karena perbuatannya ini" .
asslm. wr . wb
——————————————————————————
Itulah sebuah komentar dari seorang pengunjung
pada sebuah blog saat kami mencoba searching dengan kata kunci “pendidikan
anak” dan sesaat kemudian kami menemukan sebuah blog dengan sebuah postingan
yang cukup mengejutkan kami. Sebuah post dengan judul “Pesantren: Mengubah Anak
Nakal Jadi Anak Baik?”. Hah…., Pesantren “hanya” berhak menjadi alternative
terahir dalam dunia pendidikan, itupun jika menjadi sebuah pertimbangan. Banyak
orang tua yang menjadi paranoid (ketakutan) saat anaknya menginginkan masuk
pondok pesantren. Pesantren identik dengan kenakalan, sebuah bengkel yang penuh
dengan anak nakal, kolot dan sangat tertinggal.
Padahal jika kita merunut pada sejarah, sejak
awal mula pesantren berdiri, tidak ada masalah yang ditimbulakannya. Justru
pesantren menjadi lembaga pedndidikan yang turut membangun peradaban bangsa.
Bahkan sekarang pondok pesantren dikemas dengan metode yang sedikit modern
dengan istilah boardingschool.
Yang salah ,sekali lagi, adalah presepsi
masyarakat atau orang tua terhadap pesantren itu sendiri. Jangan anggap
pesantren hanyalah tempat “pembuangan” anak nakal, dengan berbagai macam ulah
ex nakal, narkoba, tawuran, bodoh dll. Karena tidak jarang bahwa seoarang anak
dengan alasan diatas setelah masuk pesantren justru semakin berulah dan
otomatis tidak dapat menyelesaikan masalah. Terlanjur liar sehingga tidak cocok
dengan dunia anak tersebut.
Pesantren, dengan semangat Tarbiyah Wat
Ta’lim-nya mengusung sebuah metode pendidikan berbasis islami dengan tujuan
dapat membangun sikap dan mental manusia sesuai dengan fitrahnya. Menjadi
pribadi yang siap dalam segala aspek kehidupan, jasmani maupun rohani. Meskipun
demikian, semua proses pendidkan tidak mungkin hanya bertumpu pada satu pihak
saja. Karena keberhasilan sebuah lembaga pendidikan (pesantren)
tidaklah mutlak diperankan oleh lembaga tersebut, melainkan melaui proses
kerjasama yang baik antara orang tua dan lembaga pendidikan itu sendiri
(pesantren).
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa setelah
anaknya masuk pesantren, lepaslah kewajiban orang tua atas pendidikan
anak-anaknya. Sehingga banyak orang tua yang tidak segan-segan menyalahkan
pesantren jika ada kegagalan yang diraih oelah anaknya, nilai jeblok dll.
Padahal, kami tegaskan sekali lagi, pesantren bukanlah bengkel yang selalu siap
memperbaiki segala kerusakan.
Maka sebaiknya, orang tua memotivasi demi
keberhasilan buah hatinya tersebut dengan lebih memperhatikan hal-hal yang
terkait pendidikan. orang tua berada pda posisi dan fungsinya. Yang lebih
penting lagi adalah orang tua memegang peran yang sangat dominan bagi
kelangsungan pendidikan buah hatinya. Sesuai dengan Sabda Nabi SAW : “Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya-lah yang menjadikannya
nasrani, yahudi atau majusi.”
Sumber: http://darussalamsumbersari.com/pesantren-bukan-bengkel-anak-nakal/